" Bangun mbak bangun .. " gadis kecil berumur 12 Tahun sedang berusaha mengoyak tubuhku yang tergeletak diatas kasur bermotif hello kitty. Tidak salah dia adalah adik pertamaku yang kemampuan akademiknya melebihi diriku.
" Opo seh nduk opo ? " celah aku sambil menarik selimut bunga kesayangan.
" Ini wes subuh mbak, kamu ndak sholat ? " ada yang mau aku omongin sama kamu penting ini .. " bisikannya ditelingaku membuat geli dengan rasa malas segera berwudhu dan laporan sama Gusti Allah.
" Nin , kamu mau ngomong apa ? " iya itu nama adikku Fanina. Setelah keluar dari musholla keluarga aku melongok keluar di ruang tivi tidak ada sebatang orang pun.
" Buuuuuuukkkkkk .... Awwww ..... " teriak si Nina yang jatuh dari tangga kamarnya.
" Hahahahaha , kuapok wadon wadon tingkahe kok kayak lakik nduk " aku tak henti hentinya tertawa sambil memungut adikku yang berwajah cantik itu dari keterpurukannya dilantai.
" Kamu itu lho ada adiknya jatuh kok malah diketawain " dengan gaya cubitan semutnya yang kecil tapi serasa cabe pedes sekali. Aku sedikit mengerutkan dahi menahan sakit.
Fajar masih belum menampakkan wajahnya. Gelapnya seperti Sore yang mendung.
" Mbak aku itu bingung dikasih tugas suruh mencari nama nama menteri terus pas dapet malah tulisane itu KABINET , opo toh kabinet iku ? " nada bicaranya sedikit tersengal karena kakinya yang agak memar setelah jatuh tadi.
" Gleeeeekkkk ... " aku menelan ludahku sendiri. Dengan berfikir keras mencari kalimat yang bisa dimengerti bocah kelas 6 SD . Bagiku politik itu tidak terlalu penting dalam kehidupan pribadiku walaupun kebanyakan teman teman nongkrong banyak yang dari kalangan DPR.
" Kabinet ya ? " dengan meraih Gadget kesayangan yang tidak jauh dari jangkauan tempat duduk teras kamar atas sang adikku. Tidak sengaja menaruhnya di atas meja dengan meraih bocahku setelah jatuh tadi.