Lihat ke Halaman Asli

Livia Nur Aeni

Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Dari Kopi Hingga Makanan Instan: Mengubah Pola Makan Mahasiswa Demi Kesehatan yang Lebih Baik

Diperbarui: 15 November 2024   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: detikFood.com

Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa sering kali menuntut fleksibilitas tinggi, baik dari segi waktu maupun aktivitas. Di tengah jadwal kuliah yang padat, tuntutan tugas yang menumpuk, dan kegiatan sosial yang ramai, mahasiswa sering kali mengabaikan pola makan mereka. Mulai dari kebiasaan minum kopi berlebihan hingga konsumsi makanan instan. Meskipun memberikan kenyamanan sementara, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

Kopi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup mahasiswa. Namun, konsumsi kopi yang berlebihan dengan kandungan kafein didalamnya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

1. Kandungan kafein dalam kopi sering kali dijadikan solusi bagi banyak orang untuk tetap terjaga dan fokus saat belajar atau menyelesaikan tugas-tugas di malam hari. Kafein bekerja dengan merangsang sistem saraf pusat, memberi efek peningkatan kewaspadaan dan mengurangi rasa kantuk. Namun, meskipun memiliki efek stimulasi yang membantu meningkatkan energi, kafein juga dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Dalam beberapa kasus, efek ini bisa memperburuk kecemasan, terutama bagi individu yang sensitif terhadap kafein atau yang mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan, mengganggu ketenangan dan konsentrasi.

2. Kafein dapat memengaruhi ritme sirkadian tubuh, yaitu jam biologis yang mengatur siklus tidur dan bangun. Dengan mengonsumsi kafein, terutama pada malam hari, tubuh bisa kesulitan untuk merasa mengantuk dan tidur dengan nyenyak. Gangguan ini bisa menyebabkan insomnia sehingga mengurangi kualitas istirahat seseorang. Padahal, tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran. Kurang tidur atau tidur yang terganggu dapat berdampak buruk pada kemampuan kognitif, seperti penurunan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan berpikir jernih. Selain itu, kurang tidur juga dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, karena tubuh tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk memulihkan diri secara fisik maupun mental. 

3. Kafein dapat merangsang produksi asam lambung dalam tubuh. Pada beberapa orang, peningkatan kadar asam lambung ini bisa menyebabkan iritasi pada dinding lambung atau kerongkongan. Kondisi ini bisa memicu berbagai masalah pencernaan, seperti maag. Selain itu, kafein juga dapat memperburuk refluks asam, suatu kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan rasa terbakar di dada (heartburn) dan rasa tidak nyaman pada bagian tenggorokan. Masalah-masalah ini lebih sering terjadi pada individu yang sensitif terhadap kafein atau yang mengonsumsinya dalam jumlah yang tinggi. 

4. Konsumsi kafein dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan rasa ketergantungan. Ketergantungan pada kafein terjadi karena tubuh terbiasa dengan efek stimulan yang diberikannya. Ketika seseorang yang terbiasa mengonsumsi kafein dalam jumlah besar tiba-tiba menghentikan atau mengurangi konsumsi kafeinnya, tubuh bisa mengalami reaksi fisik dan psikologis sebagai tanda ketergantungan. Gejala yang paling umum dari penarikan kafein (kafein withdrawal) antara lain adalah sakit kepala yang cukup parah, rasa kelelahan yang berlebihan, serta perubahan suasana hati yang dapat mencakup kecemasan, mudah marah, atau bahkan depresi ringan. 

Oleh karenanya, batasi konsumsi kopi maksimal dua cangkir per hari. Cobalah untuk mengonsumsi teh hijau yang dapat memberikan energi tanpa lonjakan kafein yang ekstrem. Perbaiki kebiasaan tidur agar tidak perlu bergantung pada kafein untuk tetap terjaga. Perbanyak minum air putih agar tidak terjadi dehidrasi yang dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dan energi. Usahakan untuk minum setidaknya 2 liter per hari.

Selain kopi, makanan instan juga tidak bisa lepas dari kehidupan mahasiswa. Mi instan, nugget, dan camilan cepat saji menjadi pilihan favorit mahasiswa karena praktis dan murah. Konsumsi makanan instan secara rutin, dapat memberikan dampak signifikan bagi tubuh.

Sumber: pinterest/flickr.com

1. Makanan instan umumnya tinggi kalori, garam, lemak jenuh, dan bahan pengawet, tetapi rendah vitamin, serat, dan mineral. Jika kebiasaan makan makanan instan terus berlanjut, hal ini bisa menyebabkan kekurangan gizi atau malnutrisi, di mana tubuh tidak mendapatkan asupan yang cukup untuk mempertahankan kesehatan jangka panjang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline