“Hei! Pensilmu jatuh!”
“Ah, terima ka…” Alka tertegun memandangi wajah di hadapannya. Ia meraba kantong roknya, kosong. “…sih,” lanjutnya seraya mengambil pensil yang ada dalam genggaman orang tersebut.
Alka tahu betul ia pernah melihat wajah itu, lelaki dengan rambut berombak dan mata cokelat terang menyerupai es krim mocca. Alka terus mencoba mengingat-ingat dalam perjalanan pulangnya. Lantas menangis sambil memeluk bantal begitu tiba di rumah. Padahal, Alka belum ingat.
***
Perlahan air mata Alka mengalir naik ke dalam matanya. Alka berhenti menangis dan meletakkan bantal keringnya di sudut ranjang. Lalu Alka berjalan mundur keluar rumah.
Ia berpapasan dengan seorang lelaki berambut ombak, dan menyerahkan pensil padanya. Namun si lelaki menjatuhkan pensil tersebut ke jalan. Alka terus berjalan mundur tanpa menghiraukan pensilnya yang merangkak ke dalam kantong rok.
Alka tiba di toko buku kecil langganannya. Ia mengeluarkan buku berjudul “Cara-cara Ampuh Melupakan Cinta Masa Lalu” dari ranselnya, lantas memperlihatkannya pada penjaga kasir. Ia membaca buku itu dari halaman tengah ke sampul.
Setelah kembali pulang dan makan hingga piringnya penuh, Alka duduk di lantai kamarnya. Alka menduga air matanya rindu pulang. Buktinya mereka terus mengalir pulang selama lima jam.
Alka mengangkat telepon setelah pipinya kering. Matanya yang semula berkaca-kaca perlahan-lahan kembali normal. Ia tersenyum riang karena telepon genggamnya berdering.
“Angkat dong, Alka!” Ia pernah merekam suara si penelpon dan menjadikannya nada dering.
Lalu Alka tertidur nyenyak, sambil memimpikan kenangan-kenangan yang telah dilaluinya bersama lelaki berambut ombak yang menjaga kupu-kupu dalam perutnya hingga kini. Alka memimpikan makan malam mereka. Alka bermimpi menonton film romantis bersama lelaki itu. Alka tidak suka film romantis, tetapi film itu tayang pada tanggal 14 Februari. Semua pasangan menonton film romantis pada tanggal itu.