Lihat ke Halaman Asli

Livia Halim

TERVERIFIKASI

Surrealist

Angkasa Menghilang

Diperbarui: 28 Desember 2015   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Sedang apa, Luana?” tanya Angkasa suatu malam sambil menepuk pundak saya.

“Menanam biji mata,” jawab saya.

“Biji mata siapa?”

“Biji mata saya.”

“Mengapa?”

 “LUANA! Mengapa kamu bicara sendiri lagi?” saya mendengar suara ibu dari dalam rumah.

Angkasa menghilang.

***

Berhari-hari setelahnya, saya mencari Angkasa ke mana-mana. Saya mencari di dalam lemari pakaian, siapa tahu ia terlipat bersama dengan gaun-gaun cantik kesukaan saya. Saya mencari di dalam buku-buku partitur piano, siapa tahu ia terselip di antara nada-nada yang sering saya senandungkan. Saya juga mencari warna biru mudanya di dalam kotak pensil warna, tapi tidak ada.

“Kamu tahu di mana pensil warna biru muda Angkasa milik saya?” tanya saya kepada Kaira.

“Bukankah warna biru hanya ada sejenis?” tanyanya balik sambil menunjuk pensil warna yang selama ini saya kira disebut biru tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline