Lihat ke Halaman Asli

Hati Saya, Hati yang Lemah.

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ahh... Lagi-lagi saya harus menelan rasa kecewa. Menyisipkan perih di hati saya. Selalu seperti ini.

Bukannya saya tidak mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada saya, tetapi saya juga merasa sumpek jika harus memiliki perasaan seperti ini akibat dari hati yang terlalu sensitif.

Ya... Tuhan menciptakan segumpal darah yang amat sangat sensitif terhadap keadaan diluar tubuh saya. Segumpal darah itu bernama HATI.

Sebenarnya apa maksud Tuhan menyisipkan hati ini untuk saya?

Duh Gustiii.... kulo nyuwun pangapunten ingkang kathah...

Memiliki hati yang sensitif itu kelebihan atau kelemahan?

Saking sensitifnya menjadikan saya sering pesimistis memandang diri saya.

Kelebihan saya adalah paling bisa memahami perasaan orang lain. Saya akan berusaha memberikan suasana yang nyaman bagi orang lain. Tapi apa hasilnya untuk saya? Lebih sering saya disakiti dengan kata-kata dan perbuatan, yang bagi saya, sangatlah menyakitkan.

Hasilnya? Hasilnya saya menjadi mudah sedih, mudah menyalahkan diri sendiri, dan mudah minder.

Inikah yang Tuhan inginkan dari saya?

Sebuah keterpurukan karena saya mampum memahami orang lain sedangkan orang lain belum tentu bisa memahami saya.-

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline