Lihat ke Halaman Asli

Tatapan Sembilu

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalaitu suatu pagidi hari sabtu

Kulirik jam menunjukkanpukul tujuh

Waktu terakhir kali kita menabung rindu

Hingga saat ini aku duduk disela angin malam

Rindu kian mendalam

Auramu tak mampu lagi kutepis

Nafasku kian kembang kempis

Menghadapi kangen yang terlampausadis

Hingga malam-malam yang terasa bengis

Dibabat habis oleh isakan tangis

Lelaki berparas manis ..

Kini saatnya aku mengaku

Aku rindu pada tatapan tajam semisal sembilu

catatan :

Dibuat pada sebuah malam disudut pelataran panggung teater

Sepoi angin menghantarkan rinduku pada ujung palung

Merajut memori tentang kisahku dan lelaki rambut keriting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline