Lihat ke Halaman Asli

Fact Checker UI

UKM Fact Checker Universitas Indonesia

Klasifikasi dan Jumlah Tematik Hoaks Fact Checker UI Tahun 2020

Diperbarui: 24 Agustus 2021   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Fact Checker UI

UKM Fact Checker Universitas Indonesia telah aktif melakukan debunk periksa fakta sejak bulan Maret-Desember 2020. Berdasarkan data dari hasil fact checking FC UI tahun 2020 yang meliputi bulan Maret-Desember, didapatkan sejumlah 100 hasil periksa fakta dengan tema sebagai berikut:

  • Isu Kesehatan, total 56 hasil periksa fakta.

  • Isu Hoaks Lainnya, total 21 hasil periksa fakta.

  • Isu Politik, total 17 hasil periksa fakta.

  • Isuk Ekonomi, total 5 hasil periksa fakta

    Sumber: Fact Checker UI

    Apa Penyebab Hoaks Ini Muncul? 

  • Hoaks mengenai kesehatan kebanyakan bertopik Covid-19. Setelah kasus pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, masyarakat dilanda kepanikan dan kemudian muncul beragam konspirasi dan berita palsu di sosial media yang menyebar dengan cepat.
  • Hoaks yang berhubungan dengan ekonomi muncul akibat kemerosotan ekonomi yang dialami masyarakat sebagai dampak Covid-19. Contohnya adalah banyaknya berita palsu/hoaks terkait kartu prakerja.

    Mengapa Seseorang Bisa Menyebarkan Hoaks?

  • Menurut dr. Andri SpKJ, FAPM dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, kepada detikcom (2/08/2020), sebagian besar orang yang menyebarkan hoaks  biasanya pintar dan mereka memposting berita bohong, hoax, provokatif agar orang-orang marah.

  • Hal ini serupa dengan pernyataan Dr. Dr Roby Muhamad, sosiolog dari Universitas Indonesia dalam acara 'The Science Behind Hoax'. Menurut beliau, orang berpendidikan percaya hoaks karena mereka cenderung lebih percaya diri akan apa yang mereka yakini. Hal ini dikarenakan orang yang berpendidikan lebih kreatif dalam mencari justifikasi atau pembenaran dari sebuah kesimpulan yang ditawarkan. Menurut Dr. Dr Roby Muhamad, bukan karena orang berpendidikan tidak melihat data tersebut. Sebenarnya mereka melihat data itu muncul, baru kemudian mereka menunjukkan sikap tidak percaya.

  • Tak hanya soal hoaks atau informasi yang tidak benar, di masa pandemi Corona juga banyak beredar seputar teori konspirasi. Ahli psikologi dari University of Kent, Inggris, Karen Douglas, menyebut bahwa seseorang cenderung percaya pada konspirasi saat berada di masa yang tidak pasti. Mengutip dari HuffPost, Karen Douglas menjelaskan bahwa orang-orang tertarik pada teori konspirasi selama periode krisis dan ketidakpastian, seperti kejadian pandemi Covid-19 yang tengah kita alami saat ini  hingga isu-isu lain seperti ekonomi dan politik.

Saran dan Rekomendasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline