Lihat ke Halaman Asli

Lita Widyawati

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

Ayah Rumah Tangga

Diperbarui: 6 Juli 2021   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: freepik.com

Di dasar kepala mereka, tertanam dan berbuah.
Kata-kata buruk rupa dan terdengar Ayah menjadi ringkih.
Selihat Ibu pasti sangat menjengkelkan, buatku juga. Apa yang dosa dari kepala keluarga menjadi pekerja rumah tangga?

Mulut berbusa dari dan sampai sakit tenggorokan.
bertanya-tanya sehina apa Ayah rumah tangga.
Otak kolot mereka harus dicuci, bahkan manusia sekarang menawan.
Terbuka akan hak laki-laki dan perempuan, tidak menunjuk siapa yang menjaga rumah;
siapapun bisa.

Aku menyapu halaman, mulutku diam.
Ayahku mengepel lantai, mulutnya diam.
Ibuku bekerja di kelas-kelas, mulutnya diam.
Bersepakat untuk diam adalah cara untuk membungkam.

Rumah berkata ia perlu dimandikan dan dibersihkan.
Bukan hanya oleh Ibu, Ayah, atau Aku.
Rumah berteriak siapapun yang menidurinya, ialah yang berhak melakukan.
dan kami semua pelakunya.


Tangerang, 26 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline