Lihat ke Halaman Asli

Litasari Ratna Dewi

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sudahkah Mengenal Gaya Belajar pada Anak?

Diperbarui: 5 Desember 2022   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gaya belajar berkaitan dengan otak manusia dan watak.  Allah SWT menciptakan otak besar dan kecil yang terbelah menjadi 2 yaitu kiri dan kanan. Dalam otak terdapat sel otak (neuron) yang jumlahnya kurang lebih 100 miliar dan kerja satu neuron ini seperti komputer tercanggih. Diantara neuron terjadi sambungan/koneksi neuron (koneksi sinaps). 

Dan inilah yang menyebabkan seorang guru memberikan nasihat akan tertangkap panca indra dan disalurkan melalui sambungan (neurotransmitter). Sambungan ini dikatakan sebuah lem di otak kita dan daya tangkap seorang anak tergantung jumlah dan jenisnya. 

Jumlah yang keluar bergantung pada asupan gizi yang diberikan orangtua sedangkan jenisnya bergantung pada emosi. Kalau anak belajar dengan tekanan yang membuat cemas, takut berlebihan berarti jenis  neurotransmitter yang keluar membuat pikiran ketakutan berlebih. 

Namun beda lagi jika anak belajar dengan kondisi senang atau semangat maka jenis keluarannya membuat senang pada anak dan itu juga terjadi pada orang dewasa. Zat kimia atau neurotransmitter ini keluar seperti petir di otak yang membentuk sebuah sambungan dan inilah yang membentuk sebuah ingatan atau memori. Karena banyak sekali sambungan, otak kita menangkap sambungan 1 detik sekita 2 juta. 

Jadi di otak apa yang didengar, apa yang diucapkan dan apa yang ditangkap oleh seluruh permukaan tubuh akan membentuk sambungan dan inilah sebuah memori. 

Jika menangkap pelajaran berarti memori belajar, sedangkan dinasihati guru maka terjadi sambungan nasihat, bisa juga tentang peristiwa jika seorang anak melihat bapak ibunya bertengkar meskipun orangtuanya tidak berbicara kepada anak, sebab dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dirasakan oleh permukaan kulitnya bahkan tersambung diotaknya memori bapak ibunya bertengkar. Jika dibayangkan anak-anak yang setiap harinya melihat hal-hal yang sedih, kecewa dan akan mengganggu proses belajar. Jadi inilah pentingnya mengapa orangtua juga harus belajar  “ilmu parenting”.

Jika kita melihat sambungan otak ada yang tipis berarti baru disambung satu kali, tebal berarti dua kali dan ada yang tebal sekali berarti mengulang-ulang informasi. 

Oleh karena itu dalam suatu pembelajaran perlu di ulang-ulang atau murojaah agar membentuk memori yang kuat. Pesan dari otak disalurkan ke badan melalui sistem saraf membentuk tingkah laku. 

Arahan-arahan dan nasihat dari guru dan orangtua akan masuk  kedalam otak bagian depan. Inilah yang menuntun seorang manusia untuk berperilaku seperti isi otaknya. Dan jika ingin mengetahui isi otak seseorang lihat saja perilaku dari orang tersebut. Tetapi selain dari isi otak yang ditangkap oleh mata, telinga dan hidung ada juga otak yang sudah ada sejak kecil yaitu bakat. Mengapa kita perlu mengenali gaya belajar? Karena gaya belajar seseorang ada pengaruh dari sistem saraf. 

Semuanya bisa menangkap informasi tetapi ada beberapa orang yang matanya lebih kuat dari telinga, ada juga telinga yang lebih kuat dari mata, dan ada juga saraf di tangan dan kaki lebih kuat. Untuk itu ada istilah “Gaya Belajar”. Gaya belajar adalah cara dimana seseorang menerima dan mengelola informasi yang didapatkan. Menurut De Poter & Hernacki (1999) menjelaskan bahwa gaya belajar manusia dibedakan kedalam tiga kelompok, yaitu :

1.   Visual Learners

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline