Lihat ke Halaman Asli

Kunci Sukses yang Kadang Terlupa

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada sekian banyak kunci sukses di dunia ini dan pastinya dengan ilmu.

Dengan ilmu, seorang bisa menciptakan benda besi seberat ribuan ton untuk bisa terbang yang kita sebut pesawat. Dengan ilmu, seorang bisa sampai ke bulan. Dengan ilmu, seorang bisa memprediksi akan terjadinya hujan dan badai. Knowledge is the key to conquer the world.

Nah, untuk mendapatkan ilmu, diperlukan banyak hal. Salah satunya yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini adalah menghormati guru. Hal ini terdengar simpel. Tapi, dalam kenyataan di lapangan, ada berapa banyak murid yang tidak menghormati gurunya.

(Catatan: guru disini bukan hanya guru di sekolah tapi juga setiap orang yang mengajarkan kita ilmu.)

Kalo menurut saya, kita tidak tahu dari guru yang mana keberkahan ilmu itu, jadi kita harus menghormati semua guru.

Kebetulan saya pernah punya pengalaman sebagai menjadi ‘guru’. Selama beberapa hari dalam acara Camping Dakwah Ramadhan (CDR) kami (saya dan teman-teman dari MAPK MAN 1 Surakarta) ditugaskan menjadi guru SD. Tentu saja menggantikan guru SD mata pelajaran PAI. Karena kami mengambil jurusan Keagamaan. Hasilnya,  pertama kami masuk, kami syok. Bagaimana tidak, kami harus mengejar anak SD, sedangkan kami saat itu masih kelas dua SMA. Maka kami harus menyesuaikan dunia kami dengan mereka. Bukan mereka yang menyesuaikan dengan dunia kami. Bisa jadi berabe kalo anak kecil mengalami pendewaaan yang lebih cepat agra-gara ikut ke dunia masa SMA kami. Lagi pula, guru kan harus menyesuiakan dengan muridnya. Itu kesimpulan yang kami ambil saat itu.

Disinilah kami menemukan dimana mereka bisa menghargai kami secara tulus. Bukan karena nilai atau apapun. Kalaupun mereka tidak menganggap kami sebagai guru, setidaknya mereka menganggap lkami lebih tua dari mereka. Dari sini kami tau, bahwa ketika seorang guru kita perhatikan dan kita patuhi, maka seorang guru akan sayang kepada kita. Otomatis ini akan lebih menyenangkan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak.

Bukankah sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata; “Aku adalah budak orang yang mengajarkanku walau hanya satu huruf, jika ada ada yang mau, silahkan menjualku atau memerdekakanku atau tetap menjadikan aku sebagai budaknya.”

Nah, orang yang dikenal alim seperti Ali bin Abi Thalib saja sangat  menghargai gurunya. Bagaimana dengan kita. Sedangkan guru dalam konteks sekarang, adakah guru yang mengajarkan kita walau satu huruf? Pasti lebih.

Padahal, satu huruf itu sangat berarti karena satu huruf sangat di butuhkan dalam belajar agama. Aalam kitab ta’limul muta’allim disebutkan bahwa guru adalah bapak dalam agama.

Bahkan orang Yahudi yang terkenal cerdas, ternyata sangat menghormati gurunya. Guru-guru yang mengajarkan pelajaran kepada anak-anak akan menerima imbalan yang luar biasa. Bahkan bila guru itu tak mau menerima bayaran, mereka akan mendapat penghormatan melebihi hormatnya seorang anak kepada orangtua.

So, start from now, mulailah untuk menghomati guru. Kalaupun diantara kita masih ada yang belum bisa menghormati guru, paling tidak kita hargai beliau sebagai orang yang lebih tua yang memang harus kita hormati agar ilmu yang kita dapatkan bukan hanya sekedar coretan di rapor tiap semester, namun bisa berkah dan mengantarkan kita pada kesuksesan dunia dan akhirat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline