Lihat ke Halaman Asli

Saya Bisa Apa? Sedangkan Kawan Saya Meregang Nyawa di Gaza

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hadiah dari seorang kawan dari Palestina Kita tidak pernah bisa merasakan suatu kepedihan sampai kita benar-benar ditimpa kepedihan itu. Mungkin kata-kata tersebut berlaku untuk saya sekarang. Saat perang Palestina dan Israel beberapa tahun silam, saya belum bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Saya menyaksikan dari berbagai media tentang korban yang terluka dan meninggal dunia. Saya melihat saat rumah mereka di bombardir dan  saat anak-anak tak berdosa itu dibunuh. Sebagai manusia, saya merasa sedih, namun kesedihan itu sangat berbeda sekarang. Sekarang, saya benar-benar bisa merasakan betapa cemas dan kesedihan itu merasuk dalam diri saya. Kenapa? Karena sekarang ada seorang teman saya disana. Seorang gadis Palestina yang kebetulan masuk di universitas yang sama dengan saya. Seorang kawan yang menjalani satu tahun bersama di negeri orang. Saya terbiasa melihat dia tertawa, saya terbiasa melihat dia berada di sekeliling saya. Sekarang, saya bisa apa? Sedangkan ia sedang meregang nyawa antara hidup dan mati di Gaza. Saya kuliah di salah satu universitas khusus untuk perempuan di Bangladesh. Di angkatan saya, ada 3 gadis Palestina yang semuanya berasal dari Gaza. Nour, Saba, dan Asma. Nour adalah yang paling dekat dengan saya karena setahun ini kami berada di kelas yang sama. Bahkan kami berada dalam satu kelompok diskusi di kelas Pre-Calculus. Saya ingat semua keceriaan yang ia lakukan di kelas. Saya masih bisa mendengar candaannya ketika ia berulang kali melihat jam tangan saya untuk menanti kelas usai. Sekarang, melihatnya murung sungguh bukan hal yang menyenangkan. Di liburan musim panas, Saba pulang ke Palestina beberapa hari sebelum Israel menyerang Gaza. Sedangkan Nour dan Asma masih berada di asrama bersama saya. Beberapa kali saya sempat chatting dengan Saba dan menanyakan keadaannya. Hal yang paling membuat saya sedih adalah ketika dia berkata: "all gaza is under attack...no one can be in a safe place. so I hope if I can be safe until the end of this war" "Seluruh tempat di Gaza sedang diserang. Tak ada seorang pun yang berada di tempat yang aman. Aku hanya berharap bisa selamat sampai perang selesai." Lalu, Saya Bisa Apa? Sedangkan kawan saya meregang nyawa di Gaza.. Saya beberapa kali bersama Asma di kafetaria kampus. Kami sering duduk berdua sambil membicarakan bagaimana keadaan keluarganya. "Aku tidak bisa menghubungi keluargaku. Tidak ada internet sekarang. Tidak ada listrik. Israel memutus semua koneksi." Sudah beberapa kali ia menjawab hal yang sama ketika saya bertanya tentang keadaan keluarganya. Selama Gaza menyerang Israel, saya selalu melihat Asma dengan smartphone-nya. Hampir setiap saat ia membuka Facebook atau berita tentang Palestina. "Aku ingin meninggal di Gaza. Disana, kau lebih baik mati dari pada hidup." Itu adalah kata-kata yang dia ucapkan hari ini. Kata-kata yang membuat saya seketika melihat ke arahnya dan seolah sudah tak nafsu makan menyantap makanan yang tersaji dihadapan saya. "Semua orang disana berada diantara hidup dan mati. Andai aku bisa, aku ingin kesana dan mati disana dalam jihad." lanjutnya. Saya menyandarkan tubuh ke kursi kafetaria. Seolah saya merasakan keluarga saya berada di Palestina dan sedang berada antara hidup dan mati. Lagi-lagi saya bertanya, Saya Bisa Apa? Sedangkan kawan saya meregang nyawa di Gaza.. Bukankah surga yang kami harapkan itu sama? Sementara Saba di Palestina puasa dalam perang, sedangkan saya masih bisa berleha-leha. Bersama sujud-sujud panjang di bulan suci ini, saya hanya bisa mendoakan saudara-saudara kita di Palestina. Mendoakan semoga Saba bisa melewati masa sulit ini. Mendoakan semoga keluarga Nour dan Asma bisa selamat. Andaikan saya bisa melakukan sesuatu, saya berharap bisa membuat mereka tidur nyenyak malam ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline