Apa itu COMICOS ? COMICOS adalah sebuah konferensi tahunan yang diadakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Nama COMICOS merupakan kepanjangan dari "Conference on Media, Communications and Sociology". Konferensi nasional ini menjadi sebuah wadah untuk berdiskusi antara akademisi, praktisi, dan setiap orang yang menaruh minat pada media, komunikasi, dan sosiologi. Dengan mengangkat tema "Developing Knowledge Community: Quintuple Helix and Beyond"diharapkan konferensi ini dapat bermanfaat untuk membangun masyarakat yang berpengetahuan dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Salah satu rangkaian acaranya adalah sesi diskusi paralel yang terdiri dari beberapa sub tema. Salah satunya adalah "Dinamika Media, Budaya, dan Masyarakat". Pada sesi diskusi ini, masing - masing akademisi menyampaikan hasil penelitian yang telah mereka lakukan sesuai dengan sub tema yang diangkat. Salah satu penelitian yang menarik pada sesi diskusi ini adalah penelitian tentang Karin Novilda atau Awkarin. Penelitian ini dilakukan oleh Lidwina Mutia Sadasri yang berasal dari Departemen Ilmu FISIPOL UGM. Judul penelitiannya adalah "Selebriti Mikro dan Self-Presentation: Analisis Konten Youtube Karin Novilda"
Pada penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah pendekatan semiotika milik Roland Barthes. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan pemilihan video berdasarkan jumlah viewterbanyak. Sedangkan, analisis data dilakukan berdasarkan gabungan antara aspek visual dan audio.
Peneliti memaparkan bahwa Karin Novilda atau yang biasa disapa Awkarin merupakan seorang micro-celebrityyang terkenal di media sosial, antara lain Twitter, ASK.fm, instagram, dan youtube. Micro-celebrityadalah interaksi individu dalam dunia online yang melibatkan penggunaan video, blog, dan jejaring sosial dalam meraih status sebagai selebriti. Awkarin disebut sebagai micro-celebrity karena ia menggunakan media sosialnya untuk meraih status selebriti. Ketika yang lain belum banyak menggunakan Instagram, Karin Novilda sudah terlebih dulu memiliki dan menggunakan Instagram dengan jumlah followers yang cukup banyak. Selain Instagram, Karin juga terkenal melalui video -- video di channel youtubenya bersama Gaga Muhammad.
Terlepas dari video itu, muncul berbagai macam statement tentang awkarin. Pada akhirnya awkarin dipanggil oleh KPAI karena konten video yang diunggahnya tidak bermoral dan tidak mendidik. Dari berbagai kontroversi tersebut, peneliti mencoba untuk melihat apa yang sebenarnya ingin ditunjukkan oleh Awkarin melalui video -- video yang telah dia unggah. Karakteristik objek penelitian ini adalah subscriber yang cukup banyak, video musik Awkarin yang telah ditonton jutaan kali, dan keseriusan dalam pengelolaan konten.
Video yang dianalis pada penelitian ini adalah vlog Awkarin yang berjudul "#KVLOG 11 -- TAHUN BARUAN DI BALI BERSAMA ANYA GERALDINE (VERI VERI EXPLICIT)". Jika dibedah menjadi 87 scene,tidak semua sceneberfokus pada Awkarin. Peneliti menggunakan pemetaan self-presentationmilik Jones dan Pitman untuk menganalisis konten celebrity-micro. Self Presentationadalah sebuah perilaku yang digunakan untuk menunjukkan informasi tentang diri pada audiens.Orang bebas memilih untuk menunjukkan dirinya yang nyata atau diri yang palsu pada media sosial dengan tujuan eksplorasi atau untuk mengesankan orang.
Mayoritas penggambaran dalam potongan sceneAwkarin tersebut masuk dalam kategori exemplification (presentasi diri yang dirancang untuk menghasilkan persepsi),selanjutnya disusul self-promotion (mempromosikan informasi positif tentang diri seseorang dengan memberi tahu orang lain tentang kualitas seseorang),dan yang paling sedikit ditunjukkan adalah kategori self-handicapping (sebuah strategi presentasi diri di mana seseorang menciptakan hambatan terhadap kinerjanya sendiri).Peneliti mencoba menganalisis beberapa scenedalam video tersebut.
Scenepertama, adalah ketika Awkarin dan penggemarnya dari Makassar yang bertemu secara tidak sengaja di bandara. Kedua, sceneketika Karin mengatakan bahwa Awkarin, Anya Geraldine, dan Bali merupakan keywordyang sangat fenomenal. Sceneyang ketiga adalah ketika Awkarin dan Anya sedang bergantian menempelkan koyo.
Dari analisis tersebut, peneliti menemukan bahwa meski menjadi micro-celebrity,Awkarin sebagai fokus dalam video Youtube yang diunggahnya, menjadikan dirinya dan popularitasnya sebagai komoditas yang dapat mendongkrak usahanya di dunia online.Tipe self-promotiontidak muncul se-intens exemplification.Dalam konteks ini, Awkarin menggunakan media sosial untuk merepresentasikan dirinya dan mengkomunikasikan kepribadiannya, baik eksplisit maupun implisit.
Penelitian ini menunjukkan potongan fenomena yang terjadi karena hubungan manusia dengan media baru. Micro-celebritymerupakan konsep diri yang dipopulerkan oleh media baru, dan kembali ditunjukkan melalui media baru. Media baru semakin beragam bentuknya dan semakin sulit jika dipilah. Hasil temuan dalam penelitian ini menandaskan bahwa identitas diri yang salah satunya dibangun melalui konsep self-presentationmerupakan sesuatu yang bersifat dinamis, dan dapat diperngaruhi oleh adanya kehadiran media baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H