Lihat ke Halaman Asli

Lita Agustina

Freelancer

Kelelahan Emosional, Bantu dengan Tolok Ukur Nilai Bodo Amat

Diperbarui: 22 Januari 2023   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

profemina.org

Apakah belakangan anda merasa lelah secara emosional? meski banyak waktu anda habiskan untuk beristirahat. Apakah anda belakangan merasa lelah dan tak berkecukupan? meski banyak waktu telah anda habiskan untuk bergerak dan memperoleh pencapaian.

Banyak hal yang telah kita lakukan untuk diri sendiri. Namun sayang, seolah diri seperti dehidrasi berkelanjutan. Seakan makin enggan untuk memperoleh tenang.

Lantas kita beristirahat, namun lelahnya tak kunjung mereda. Sesungguhnya lelah adalah milik siapa saja dan itu tidak masalah. Bila itu sedang terjadi di fase perjalanan anda hari ini. Mari kita runtut satu persatu sebab lelah mu tidak kunjung reda.

Sudahkah kita berhenti meski telah beristirahat? katanya sih beristirahat tapi tak lantas anda berhenti. Berhenti memberikan tuntutan kepada diri sendiri harus begini dan harus begitu. Harus lekas pulih dan baik-baik saja.

Lalu, sudahkah kita meletakkan tolok ukur nilai diri yang tepat dan tak menjadi masalah kesehatan bagimu dan bedebah untuk orang lain. Mengutip dalam buku Mark Manson, Seni untuk Bersikap Bodo Amat. Sejumlah nilai diri yang salah kaprah ini menciptakan masalah yang sangat buruk bagi banyak orang, yakni:

Pertama, nilai hidup bersama dengan kenikmatan & kesenangan, mustahil anda menemukannya meski mencarinya tiap hari. Maka, menerima meski hidup tidak nikmat & tidak senang, anda tetap melaluinya. Itu akan lebih utuh, kokoh tiada tanding seperti semen tiga roda untuk memberdayakan diri secara berkelanjutan.

Kedua, meletakkan nilai diri bersama kesuksesan material. Ya dengan materi kita bisa berbuat & berbagi kebahagiaan lebih banyak. Lalu, bersamaan dengan perut yang lapar, seseorang bisa saja lebih mudah marah. Namun tak lantas nilai dirimu, tentang seberapa banyak materi penyertamu. Nilai berbagi dan kasih sayang itulah yang menjadi nilai anda. Bukan seberapa banyak kesuksesan materi yang menjadi nilai anda. Bukan itu yang harus anda sematkan sebagai identitas diri anda.

Ketiga, nilai untuk tetap benar, faktanya orang yang mendasarkan penghargaan diri untuk selalu benar menghalangi diri mereka untuk belajar dari kesalahan serta kurang mampu berempati terhadap orang lain. Celaka, anda tidak pernah salah. Itu adalah kesalahan. Maka jika kamu lelah hari ini karena sebuah keinginan untuk benar namun sayangnya, anda sedang merasionalisasikan kesalahan untuk menjadi benar. Memanipulasi diri untuk tetap benar. Berhentilah, sungguh itu melelahkan. Terimalah, menjadi selalu benar tidak jua baik. Belajarlah menerima kesalahan itu akan jauh lebih membantu.

Keempat, nilai diri untuk tetap stay positif. Mengukur hidup seberapa jauh bisa positif dapat menjadi racun untuk diri sendiri dan juga orang lain. “Apapun yang terjadi saya harus tetap positif”. Sejatinya mekanisme tubuh & berfikir di otak kita sengaja diciptakan dengan sistem yang seimbang. Mengingkari emosi negative yang harusnya dapat menjadi alarm tubuh & diri untuk menemukan problem solving justru menjadi pengelakan terhadap masalah dengan tetap berusaha positif. 

Ini sederhana, hal paling sehat ialah mengakuinya. Mengakui bahwa, tidak semua situasi positif & menyenangkan. Tidak apa-apa mengakui bahwa terkadang situasi memang menyebalkan. Mengakui hal negatif berbeda dengan melakukan kekerasan secara fisik & verbal atau mempermalukan orang lain di muka umum.

Ukur saja semua nilai diri berlandaskan kenyataan. Berdasarkan apa yang mampu anda kendalikan. Kenikmatan, material, kebenaran & keharusan untuk selalu positif bukan hal yang mampu anda kendalikan setiap hari. Namun, kasih sayang, penerimaan diri, rasa cukup bisa anda kendalikan. Selamat beristirahat dan lekas pulih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline