Salah satu kecamatan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Lahat adalah Tanjung Sakti, tidak saja dikenal dengan keramahtamahan orangnya, kekayaan akan aset wisata alam, wisata budaya dan wisata religi. Ternyata juga menyimpan warisan leluhur yang sampai saat terus berkembang dan berakar serta dilestarikan, terlepas dari hal tersebut dirasakan bermaanfaat lebih atau tidak. Tradisi warisan budaya yang hingga sekarang tetap membudaya, antara lain pantauan, mantau bunting, endodol, tutuk tawagh, ngayekah, dan ngenjuk ibatan. Ta
Ibatan adalah cinderamata yang diterima dari adek sanak yang menyelengarakan resepsi pernikahan sebagai bentuk penghormatan telah hadir, berupa bungkusan yang berisi kue tradisional kedaerahan dan lauk pauk, yang wajib diberikan pada saat tamu pamit sepulang dari menghadiri undangan tersebut.
Menurut salah tokoh masyarakat di Tanjung Sakti, Muhar DS mengatakan bahwa memberi ibatan adalah tradisi budaya yang wajib dilakukan oleh masyarakat Tanjung Sakti usai menyelenggarakan resepsi pernikahan. Ibatan biasanya telah dipersiapkan 1 hari sebelumnya, sehingga telah dipersiapkan untuk diberikan saat para tamu akan berpamitan setelah resepsi selesai dilangsungkan.
"Tiap tamu ye datang dienjuk ibatan gale, tanpa terkecuali," tutur Muhar di temui Kamis (20/6/2021). Menurutnya, pemberian ibatan merupakan suatu bentuk penghargaan atas kehadiran para tamu yang telah hadir, dan telah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
Ketika di tanya sejak kapan tradisi ibatan tersebut dikenal, ia mengatakan bahwa tradisi tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu, dan hingga sekarang tradisi warisan budaya tersebut masih terus melekat bahkan menjadi ciri khas atas keramahtamahan penduduk asli Tanjung Sakti. Menurutnya, tradisi budaya pemberian Ibatan setelah sedekah tersebut, hanya dapat dijumpai di Tanjung Sakti yang merupakan suku asli Besemah, atau dikenal dengan Besemah Ulu Manna rurah ipangan yang maksudnya daerah atau wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan yaitu Tanjung Sakti.
Sementara, banyaknya jenis isi ibatan tersebut tergantung dengan jamuan yang telah dihidangkan pada saat resepsi. Biasanya, ibatan yang diterima tersebut berisikan berbagai macam kue khas tradisionil, seperti kue bolu, dodol, bipang, kembang goyang dan lauk pauk seperti ikan dan ayam goreng.
Uniknya, menurut Cikman yang juga merupakan tokoh masyarakat desa Tanjung Sakti, mengatakan bahwa setiap masyarakat yang menyelenggarakan resepsi pernikahan harus mengikuti tradisi tersebut, sebab tradisi tersebut sudah mengurat mengakar, terlepas jika ditinjau dari segi ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah akan merasa diberatkan. "Membutuhkan dana yang cukup besar kalu bekagok'an," ungkapnya.
Pasalnya, akan membutuhkan biaya yang relatif besar, di samping untuk menyuguhkan makanan dan minuman baik bagi tamu yang hadir, juga harus menyiapkan cinderamata yang berupa ibatan yang jumlahnya tidak sedikit, dan dana yang tidak sedikit pula.
Akan tetapi, tradisi budaya tersebut menjadi corak ragam budaya yang dimiliki Tanjung Sakti, sehingga sampai saat ini masih tetap dilestarikan dan menjadi ciri khas Tanjung Sakti, masyarakat yang ramah, suka bergaul, suka menolong dan menganggap saudara bagi pendatang yang menghormati adat istiadatnya, karena sifat kekeluargaannya masih sangat kental.
IBATAN : Tampak ibatan (bungkusan oleh-oleh) yang diperoleh dari salah satu masyarakat yang selesai menggelar hajatan perkawinan khususnya di daerah Tanjung Sakti, yang merupakan suatu adat tradisi.