Lihat ke Halaman Asli

Trilita Apriani

Menulis sambil belajar

Tradisi Unik "Pantauan" di Tanjung Sakti

Diperbarui: 1 Agustus 2021   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PANTAUAN : Tampak bunting (sepasang pengantin) ditemani oleh seorang bujang dan gadis ngantat tengah pantaun di rumah tetangga atau keluarga dekatnya. Foto diambil baru-baru ini dokumen pribadi

Tanjung Sakti tidak saja dikenal dengan keramahtamahan orangnya, kekayaan akan aset wisata alam, dan wisata budaya.  Ternyata juga menyimpan warisan budaya yang sampai saat terus berkembang dan berakar serta dilestarikan, terlepas dari hal tersebut dirasakan bermaanfaat lebih atau tidak. Tradisi warisan budaya yang hingga sekarang sulit ditinggal dan tetap membudaya, adalah budaya pantauan yang dilakukan oleh masyarakat saat tetangga dekat atau saudara dekat mereka ngagokah atau menikahkan anak atau keponakan.

Menurut salah tokoh masyarakat di Tanjung Sakti, Muhar DS pantauan adalah tradisi budaya mengunjungi anggota keluarga atau tetangga dekat dari mempelai yang sedang melangsungkan pernikahan. Di mana keluarga mempelai tersebut sengaja menyiapkan jamuan makan khusus untuk mengundang bunting (kedua mempelai), keluarga besan dan tamu-tamu undangan yang akan menghadiri resepsi. Sebagai bentuk penghormatan, dan turut berbahagia atas pernikahan anggota keluarga terdekat tersebut. "Tradisi pantauan dilakukan sebagai bentuk turut berbahagia dan penghormatan kepada keluarga mempelai," tutur Muhar, di temui Selasa (5/3).

Ketika di tanya sejak kapan tradisi pantauan tersebut dilakukan, ia mengatakan bahwa tradisi tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu, dan hingga sekarang tradisi warisan budaya tersebut masih terus melekat bahkan menjadi ciri khas atas keramahtamahan penduduk asli Tanjung Sakti. Menurutnya, tradisi budaya pantauan hanya dimiliki oleh Tanjung Sakti yang merupakan suku asli Besemah, atau dikenal dengan Besemah Ulu Manna rurah ipangan yang maksudnya daerah atau wilayah yang dikelilingi oleh perbukitan yaitu Tanjung Sakti.

Sementara, dalam tradisi pantauan, para tamu-tamu yang akan datang ke resepsi pernikahan kedua mempelai, diajak terlebih dahulu singgah (mampir)untuk diajak menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh tetangga atau keluarga dekat mempelai, yang  letaknya tidak jauh dari rumah penyelenggara resepsi sebelum tiba ke tempat tujuan.  Pantauan dilakukan dari rumah yang satu ke rumah yang lain, sampai pada rumah terakhir yang sengaja telah menyiapkan jamuan,  hingga waktu acara di rumah utama dimulai.

Uniknya, menurut Cikman yang juga merupakan tokoh masyarakat asal desa Tanjung Sakti, mengatakan bahwa dalam tradisi pantauan, tamu yang diundang harus mencicipi makanan yang telah disuguhkan juga sebagai bentuk penghargaan kepada yang mantau atau tuan rumah. Dan saat tamu datang untuk mencicipi jamuan, tuan rumah tidak turut menemani tamu yang akan mencicipi jamuan,  karena dianggap bila ditemani tamu akan malu untuk mencicipi makanan yang disuguhkan, dan khawatir tamu  beranggapan  lain. Jadi tamu sengaja dibiarkan sendiri mencicipi jamuan yang ada sepuasnya tanpa harus malu-malu.

Nah, ternyata Tanjung Sakti memiliki sejuta kekayaan, termasuk kekayaan akan tradisi budaya yang sudah mengurat mengakar, dan menjadi ciri khas suku Besemah, suku yang ramah, suka bergaul dan menganggap saudara bagi pendatang yang menghormati adat istiadatnya. Di mana sifat kekeluargaannya masih sangat kental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline