Lihat ke Halaman Asli

Trilita Apriani

Menulis sambil belajar

Mengembalikan Citra Budaya yang Terlupa "Tari Siwar sebagai Tari Adat yang Sakral"

Diperbarui: 11 Juli 2022   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sumatera Selatan memiliki kekayaan akan budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam, di setiap kabupaten yang ada, memiliki multi kultur masing-masing, dari bahasa daerah yang berbeda-beda, pakaian daerah, serta kesenian daerah, sebagai warisan dari nenek moyang sejak zaman prasejarah, sejak zaman kerajaan Sriwijaya.

Salah satu kabupaten yang dinaungi Sumatera Selatan adalah kabupaten Lahat yang juga memiliki kekayaan akan budaya daerah yang beraneka warna, salah satu kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Lahat adalah kecamatan Tanjung Sakti.Yang banyak memiliki kekayaan akan budaya dan adat istiadat.

Salah satu sekian dari kekayaan budaya Tanjung Sakti yang nyaris terlupa adalah Tari Adat Siwar yang dikenal di Tanjung Sakti merupakan tarian daerah asli besemah (kabupaten Lahat) yang mana pada waktu itu tarian ini merupakan tarian sakral yang melambangkan bagaimana menaklukan penguasa yang sakti yang zalim dan sewenang-wenang.

Menurut cerita sejarah, yang di himpun dari beberapa tokoh sejarah yang ada di Tanjung Sakti dalam kurun waktu sekitar 12 minggu, diperoleh cerita sejarah bahwa tari ini pertama kali diciptakan oleh PUTRI SESUHUNAN yang dikenal dengan nama REBIA LINGUK. 

Dalam tari ini menggunakan siwar sebagai alatnya yang digunakan oleh penari-penari yang cantik dan mahir menggunakan siwar sebagai alat perisai diri.

Siwar adalah senjata tajam yang berbentuk kuduk kecil yang panjangnya sekilan tunjuk. Mata pisaunya sepenekanan tunjuk yang konon waktu itu senjata ini sangat berbisa dan mematikan. 

Teknis pembuatan siwar ini dilakukan oleh orang yang sangat ahli yang pengerjaanya sangat rapi, dan teliti yang dibuktikan dengan keseimbangan antara hulu (pegangan) dengan mata pisau.

Sementara, cerita sinopsis dari tari siwar diawali, pada zaman dahulu Siwar pertama kali digunakan untuk membunuh penguasa perguruan ilmu kesaktian kebatinan perguruan Aji Segeti yaitu Tuan Remalun Cili, tapaknya Balai Agung di Tanjung Sakti di kenal dengan nama Tapak Tiang Enam sebagai salah satu bukti sejarah peninggalan zaman kerajaan dahulu kala. (sekarang di sebut batu tiang enam). Yang letaknya tidak jauh dari pusat kota Tanjung Sakti atau tepatnya di desa Pajar Bulan Kecamatan Tanjung Sakti Pumi.

Adapun Tuan Melayu Mude, Tuan Putih Tangan, Tuan Abang Dai dan Ki Agung adaalah orang yang sangat terkenal pada zaman itu di perguruan tersebut. Pemimpinnya Remalun Cili adalah orang yang sangat sakti mandraguna, yang waktu itu tidak bisa mati dibunuh dengan senjata apapun, dan tidak mempan dibakar api. Karena kesaktianya tersebut Remalun Cili menjadi sangat terkenal di seluruh sentra pulau Sumatera.

Pada akhir cerita sejarah diketahui bahwa Remalun Cili memiliki titik kelemahan yaitu terletak di lubang hidungnya. Jadi siapapun yang ingin membinasakan Remalun Cili harus bisa mengetahui titik kelemahan tersebut. Di ketahui pada waktu itu terdapat orang yang mampu membinasakan Remalun Cili dengan menggunakan siwar dengan cara menghunus tepat pada lubang hidungnya.

Setelah binasanya Remalun Cili dilakukan acara penobatan hulubalang pada zaman itu yaitu antara lain; Lemang Batu dari Besemah (Kabupaten Lahat), Rindang Papan dari Oki, Manuk mencur yang berasal dari Jambi dan Gereguk Betung yang berasal dari Lampung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline