Lihat ke Halaman Asli

Lita Chan Lai

Semangat Jiwa

Keceriaan Itu Terbagi Digunung Ceremai : Puncak (Ceremai) Is The Best. #4 (The End)

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keceriaan Itu Terbagi Digunung Ceremai : Puncak (Ceremai) Is The Best. #4 (The End) [caption id="attachment_151318" align="aligncenter" width="504" caption="fotopribadi"][/caption] Pagi yang indah kutemui di goa walet. Dinginnya begitu menusuk tulang hingga tembus kesum-sum. Beruntung teh hangat telah siap untuk aku minum. Belum lagi sempat aku mencuci mulut, berbagai minuman penghangat dan makanan telah siap disajikan oleh dicky (mapala Muci) dan koala (Mapala unismuh makassar). Rupanya koala sudah lebih dahulu bangun. Padahal tadi malam sempat terdengar suaranya merintih karena demam. Hampir saja membuat aku keluar dari tenda. Tapi aku urungkan niatku karena berfikir bahwa ada tawon (mapala unismuh) dan datox (mapala kelopak) bersamanya ditenda. Cek percek, ternyata bukan hanya koala saja yang menggigil kedinginan malam itu. Dicky yang kelihatannya sehat juga ikut-ikutan menggigil. Dicky memang semalaman berada diluar dan menjaga api agar tetap menyala. *** Pagi ini harus segera aku manfaatkan untuk segera menikmati sunrise diatas puncak Gunung Ceremai. Karena moment terbaik serta view indah tak mungkin menunggu kami berlama-lama ada dibawah. Segera aku usulkan untuk membangunkan mereka-mereka yang masih tertidur. Dan ulan pun menyambut usulanku dengan semangatnya. "bangun...bangun...."teriak ulan sambil menggoncang tubuh-tubuh yang masih lelap dalam kehangatan sleeping bag. Mereka tidur dalam bentuk yang sama, yaitu tangan terkepit diantara kedua paha. Kulihat ada tawon, datox dan yang satunya...owh...rupanya dicky melanjutkan tidurnya. Dengan mulut petasannya dan tangannya yang tak bisa diam ulan mulai mencubit kesana kemari, membuat pemilik tubuh-tubuh itu segera bangkit dari tidurnya. Mereka tak tahan dengan perlakuan ulan yang jahilnya minta ampun. *** berangkatlah kami menuju puncak. Lagi-lagi aku, datox dan dicky menjadi orang terakhir naik kepuncak. Kami masih menikmati kepulan asap dari masing-masing rokok kami tadi sewaktu dibawah. Tapi beruntung, view indah masih kami dapatkan. kesempatan ini tak kami sia-siakan untuk berfoto dan mengabadikan diri seindah dan sebagus mungkin. Tiap sudut dan tiap posisi kami atur sedemikian rupa, agar keindahan ini benar-benar bisa kami bagikan kepada kawan-kawan yang tak ikut pergi bersama kami. Sibuk sekali kami mengolah gaya, Sehingga lupa untuk bersujud syukur atas kesuksesan kami mencapai puncak. Aku, datox, tawon, ulan, silvy, valdo, dul joni, dicky dan kak happy merapatkan diri agar dapat terukir dalam gambar. "Kenapa rasanya ada yang kurang ya....?" gumamku dalam hati. Oalah.....rupanya koala tak hadir dalam kerapatan kami ini. Ya....dia tak ikut naik kepuncak. Setelah bercerita tentang mimpinya semalam, dia lebih memilih kembali beristirahat dalam tenda. Sayang sekali tim kami tak lengkap sampai kepuncak gunung ceremai ini. Semoga saja lain waktu koala bisa menebusnya kembali. *** Puncak ini tak rela kami biarkan begitu saja. Setiap sudut kami telusuri jalurnya. Benar-benar menawan dari manapun kami lihat. Awan putih menggumpal bagai kapas, ditambah sinar mentari yang menunjukkan keindahan siloetnya, serta udara dingin yang tak henti-hentinya aku hirup dalam-dalam. Udara sesegar ini tak mungkin aku dapat dijakarta. Dari atas puncak ceremai ini terlihat ujung gunung selamet yang berada dijawa tengah. menambah keindahan awan-awan yang menghampar bagai permaidani persia. Andai saja bisa aku berjalan diatasnya, ingin rasanya segera menginjakkan kaki diatas awan-awan itu. Semakin lama panas matahari mulai membakar kulit. Saatnya kami berpisah dengan puncak Gunung Ceremai. Berat meninggalkannya, tapi tak mungkin pula aku tetap berada dipuncak ini. Entah kapan lagi aku bisa kesini. aku pasti akan merindukan puncak Gunung Ceremai ini. "Doakan aku datang kembali" harapku sepenuh hati. Dan kamipun beranjak menuruni puncak Gunung Ceremai.(LCL)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline