Berbicara tentang petis, tentu tidak asing lagi bagi semua kalangan. Jika Anda termasuk penggemar rujak, tentu sudah akrab dengan petis. Lain ladang lain belalang, begitu pun dengan petis.
Setiap daerah memiliki petis yang khas masing-masing. Bahan makanan yang terbuat dari sisa air rebusan ikan, cumi-cumi, udang atau jenis sea food lainnya ini biasanya digunakan untuk membuat sambal, baik untuk rujak, tahu goreng, krupuk dan lain-lain. bahkan masyarakat Jawa Tengah khususnya kabupaten Rembang, kecamatan Sarang, petis mulai berinovasi menjelma menjadi makanan yang bergizi dan mengenyangkan, bubur petis merupakan salah satu inovasi petis modern ini.
Namun masyarakat Sarang sudah sejak dahulu telah mengelola petis menjadi berbagai olahan makanan, bahkan menjadi bahan pokok untuk setiap masakan. Jika Anda berkunjung ke Sarang Anda akan disuguhkan dengan olahan petis, khususnya rujak petis dan pentol petis. Tekstur petis yang lengket dan bau yang amis tentu membuat sebagian orang tidak suka dengan petis. Terutama dikalangan milenial saat ini. Kontradiksi antara rasa dan bau tak menjadikan petis diambang ketidakminatan.
Para milenial saat ini justru banyak mengidolakan petis. terbukti di sepanjang trotoar kota besar banyak PKL yang menjajakan rujak petis, dan gorengan yang diberi sambel petis. Dengan lapak yang sederhana atau gerobak dorong. Rujak petis menjadi sasaran yang paling diburu, terutama disiang hari nan cuuaca yang sang sangat panas. Irisan berbagai buah yang bervariasi serta menyegarkan sangat cocok dicolek dengan sambal petis, apalagi dengan level yang sangat pedas.
Biasanya para penjual juga akan menjajakan gorengan pula, seperti tahu goreng, tempe mendoan, ote-ote, bakwan dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi petis dikalangan milinial saat ini sangat digemari, tidak hanya milenial saja, anak-anak, tua, muda juga masih banyak yang suka makan petis. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa eksistensi petis di era modern ini juga sangat meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H