Lihat ke Halaman Asli

Sulistyo

Buruh Dagang

Hanya 3.500 Rupiah Bisa Keliling Kota Yogyakarta dan Sekitarnya

Diperbarui: 18 Januari 2020   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

armada Trans Jogja (sumber: travel.tribunnews.com)

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai tujuan wisata kedua setelah Bali hingga saat ini masih memikat hati berbagai kalangan untuk mengunjunginya. Lalu lalang wisatawan, baik yang berasal dari manca negara (wisman) maupun wisatawan domestik selalu ditemui di beberapa titik lokasi wisata.

Banyaknya pilihan destinasi wisata yang tersebar di DIY dan seringkali keunikannya diekspos melalui berbagai media telah menjadikan wilayah ini semakin dikenal, selalu dekat di hati masyarakat luas.

Bagi anak muda khususnya yang tergolong generasi milenial, Yogyakarta dan sekitarnya merupakan pilihan tujuan wisata yang menawarkan beragam pesona. Wisata alamnya yang eksotis, budaya dan seninya yang menarik serta wisata sejarahnya banyak berkaitan dengan kearifan lokal -- ditandai masih berdirinya bangunan kuno tergolong benda cagar budaya (BCB) sebagai peninggalan masa lalu.

Destinasi wisata di Yogyakarta sangat menggugah mereka (para milenial), bisa belajar tentang kekayaan alam dan lingkungan hidup, belajar tentang budaya yang bernilai adiluhung dan kesenian khas Jawa yang berkontribusi turut membangun kebudayaan secara nasional, belajar sejarah perjuangan bangsa, yang semuanya ditemui di Yogyakarta dan kawasan sekitar. 

Bagi anak muda penggemar jeprat-jepret dengan spot-spot  foto menarik yang berlatar belakang keunikan tertentu banyak ditemui di hampir setiap lokasi wisata. Siang dan malam tersedia, tinggal pilih mana lokasi yang disuka, tentu ini sebagai dokumen/kenangan atau koleksi foto ketika mengunjungi Yogyakarta.

Nah omong-omong tentang wisata di Yogya, kurang lengkap bila tidak membahas ketersediaan akomodasi. Soal penginapan tidak jadi masalah, banyak tempat bisa dipilih mulai hotel berbintang hingga hotel kelas melati, homestay (tarif mulai Rp 150 ribu/malam), bahkan di beberapa desa/kampung tidak jauh dari kota ditemui tempat inap sederhana bernuansa alami.

Begitu pula soal makan tidak perlu khawatir, rumah makan berkelas hingga yang sederhana alias kelas lesehan, gudeg basah/ gudeg kering, sajian menu serba sambel, jejamuran dan menu khas lainnya bisa dipilih/dikunjungi. 

Bagi yang suka merakyat, menu minimalis yang disuguhkan warung angkringan banyak ditemui di hampir setiap sudut jalan atau di lokasi keramaian. Rata-rata harga nasi angkringan dibanderol Rp 2.000 s/d Rp 2.500 per bungkus. Nasi angkringan kalau di Yogya sering disebut "nasi kucing", mungkin dikarenakan porsinya tidak terlalu banyak dan biasanya berlauk sambel-teri.

Di kalangan backpacker info ini layak direkomendasikan, berpetualang menjelajahi lokasi-lokasi wisata sambil menghemat anggaran -- sehingga dapat berkeliling lebih lama dan lebih lengkap untuk  menikmati perjalanan selama berada di Yogyakarta.

Demikian halnya akses untuk menuju lokasi-lokasi destinasi wisata terutama yang berada dalam kawasan kota Yogyakarta, sebagian wilayah Bantul dan Sleman (hingga menjangkau Candi Prambanan) -- tersedia sarana transportasi umum yakni bus Trans Jogja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline