Melakukan perjalanan/kunjungan wisata atau piknik, bahkan di kalangan para pelajar/mahasiswa dikenal dengan sebutan study tour menuju obyek-obyek tertentu dikala liburan banyak ditemui disana-sini.
Di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti sekarang ini (jelang akhir tahun 2019) sudah mulai didatangi wisatawan, baik wisatawan umum maupun wisatawan pelajar/murid sekolah dari luar kota.
Bus-bus yang berisikan wisatawan hampir setiap saat ditemui di berbagai jalan utama hingga kantong-kantong parkir seperti Taman Senopati, Abu Bakar Ali, Ngabean dan tempat penginapan sekitarnya dipadati angkutan wisata tersebut.
Perlu diketahui bahwa secara nasional, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Di Yogyakarta terdapat beragam spesifisitas obyek dengan karakter unik, kuno dan artistik seperti Kawasan Kraton, Candi Prambanan, Malioboro, Tugu Golong Gilig, serta obyek wisata budaya dan seni lainnya yang tersebar di berbagai tempat.
Demikiam obyek wisata alamnya yang berjejer di sepanjang pantai selatan (Parangtritis dan sekitar), hingga kawasan lereng Gunung Merapi (Kaliurang dan sekitar) berada disisi utara yang sejuk, semuanya mengesankan kekhasan dan memiliki eksotisme tersendiri.
Ditambah lagi bisa dikunjungi pula wisata pendidikan maupun sejarah, lumayan banyak jumlahnya museum-museum dengan spesifikasinya, serta berbagai artefak yang turut melengkapinya. Di sinilah kita akan bisa belajar tentang sejarah karena banyak nilai yang bisa dipetik sebagai pengayaan dan pengembangan wawasan atau pengetahuan.
Nah mengunjungi kawasan Yogyakarta dan sekitarnya dalam rangka mendatangi obyek-obyek wisata -- tidaklah lengkap bila hanya dalam jangka waktu sehari. Cukup banyak jumlahnya jika harus dipenuhi seluruhnya.
Namun demikian semuanya sangat tergantung pada maksud dan tujuan masing-masing sehingga diperlukan perencanaan matang sebelum berangkat ke obyek-obyek ataupun lokasi yang akan dikunjungi/dituju nantinya.
Dan mumpung masih segar dalam pikiran kita, terutama berkait dengan segera diberlakukannya kebijakan baru di bidang pendidikan yaitu diubahnya Ujian Nasional (UN) menjadi asesmen minimum dengan penerapan kemampuan literasi dan numerasi -- maka sesungguhnya (jika kita mau kreatif) momentum kunjungan ke obyek-obyek wisata tersebut atau obyek wisata dimana pun bisa menjadikan salah satu tempat belajar bagi para murid/siswa sekolah.
Dianjurkan kepada para murid untuk menyusun laporan sesuai kemampuan masing-masing yang isinya berceritera tentang fakta-fakta yang ditemui di lapangan (di lokasi/obyek wisata) baik secara berkelompok maupun individu. Syukur-syukur bilamana dalam laporannya dibahas tentang fenomena yang ditemui dan dihubungkan dengan fenomena lainnya diperkuat konsep pengetahuan yang dimiliki sehingga kemampuan analisnya terasah.
Bukankah itu semua merupakan salah satu pembelajaran sekaligus melatih kemampuan literasi para murid? Demikian hanya jika informasi atau data yang ditemui berupa angka-angka, tabel, dan sejenisnya pastinya akan menggugah para murid untuk berpikir tentang makna apa yang ada dibalik angka tersebut, sekaligus ini melatih kemampuan numerasi.