Musim hujan yang berlangsung sejak akhir tahun 2018 hingga belakangan ini ternyata telah membawa berbagai dampak yang cukup serius. Cuaca ekstrim dan pengelolaan alam yang cenderung tak terkendali telah menyebabkan di sejumlah tempat dilanda bencana alam yaitu banjir yang membawa korban.
Demikian pula peristiwa bencana tanah longsor, pohon tumbang, jembatan ambruk bahkan terputus dan beberapa infrastruktur termasuk sejumlah ruas jalan utama rusak berat.
Berkait perisitiwa bencana tersebut, berbagai media mengabarkan sejumlah korban akibat banjir dan tanah longsor beserta dampak lainnya berupa kerugian, hilangmya nyawa maupum harta benda.
Headline halaman pertama di Harian Kompas, edisi 8 Maret 2019 berjudul: Banjir Landa Banyak Daerah, secara menyeluruh peristiwa bencana banjir dan tanah longsor di beberapa daerah yang mendapat perhatian dan diliput beserta foto dan peta lokasi sebagai pelengkap.
Tidak lama berselang, kembali bencana serupa menyusul, yaitu peristiwa bencana banjir bandang di Sentani, Papua. Diberitakan, hingga Minggu (17/3/2019) malam ratusan rumah rusak berat, lebih dari 70 orang tewas, dan puluhan orang lainnya belum ditemukan (Kompas, 18 Maret 2019, halaman 1).
Di sekitaran Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), di wilayah kecamatan Imogiri, Bantul, arah tenggara 15 km dari Kota Yogyakarta, termasuk juga mengalami bencana banjir dan tanah longsor. Seperti diberitakan koran daerah bahwa di Kabupaten Bantul, dilaporkan dua warganya meninggal dunia akibat banjir dan tanah longsor pada Minggu (17/3/2019) malam. Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, korban meninggal akibat banjir atas nama Painem warga Karangtengah, Imogiri, sedangkan korban meninggal karena longsor berada di Pajimatan, Imogiri (sumber)
Dicermati dalam perkembangannya, secara umum menurut penulis beberapa langkah penanganan bencana banjir dan tanah longsor terutama dalam pertolongan darurat, tanggap darurat, bantuan pangan dan logistik di lokasi bencana sudah cukup baik. Pihak yang berkompetan dan para sukarelawan terpanggil untuk segera melakukan tindakan nyata yang diperlukan untuk menolong korban dan pengamanan setempat.
Ini menunjukkan bahwa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), berikut jajarannya di daerah yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang berkoordinasi dengan komponen di setiap daerah telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara optimal.
Secara fisik akibat banjir dan tanah longsor yang terjadi jelas banyak menyangkut rusaknya berbagai infrastruktur di segala bidang. Perbaikan disana-sini mulai dilakukan sehingga tanggap darurat disusul langkah pemulihan ke tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Hal yang mendesak tentunya perhatian terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan hidup. Para warga yang terdampak banjir dan tanah longsor perlu mendapatkan pelayanan kesehatan karena beberapa penyakit kemungkinan terjadi di lokasi bencana setelah tempat tinggalnya porak-poranda. Dibeberapa lokasi ada pula warga yang mengalami trauma sehingga terapi psikologis perlu diberikan sebagai tindakan pertolongan.
Demikian halnya dibidang pendidikan, terutama anak-anak sekolah dilokasi bencana yang masih dalam proses belajarnya agar tidak terganggu maka bantuan-bantuan yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sekolah layak untuk dipenuhi.