Lihat ke Halaman Asli

Sulistyo

Buruh Dagang

Kurang Elok, Isu Agama untuk Mencari Dukungan Massa

Diperbarui: 30 Desember 2018   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Jagad.id

Iklim politik terutama menjelang pemilihan presiden/wakil presiden 2019 kini terus berlangsung, bahkan sejak kampanye dimulai -- suhu politik di negeri ini terus bergema dan gaungnya terdengar atau tersebar dimana-mana.

Tidak terkecuali semakin hari mendekati hari pemungutan suara, kedua pendukung kandidat Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi semakin gencar menunjukkan intensitasnya sebagai langkah untuk mencari dukungan massa demi perolehan suara nanti.

Berbagai cara sudah banyak dilakukan, mulai pertemuan-pertemuan maupun kunjungan langsung di beberapa daerah, para kandidat dan tim pemenangan berupaya seoptimal mungkin melakukan komunikasi, kampanye meyakinkan bahwa capres/cawapresnya merupakan unggulan yang layak dipilih dengan segenap janji politik bilamana nanti menjadi pemenangnya.

Masih dalam konteks kampanye, hal yang juga menarik perhatian bersama yaitu terkait dengan isi informasi atau pilihan topik yang dilontarkan masing-masing kubu yang tengah bersaing. Khususnya menyangkut persoalan-persoalan atau isu yang dikemukakan sehingga dari isu yang disampaikan ke publik itu sekaligus menunjukkan rencana kerja/program yang kelak akan mereka dilakukan.

Sebagai kalangan awam dan supaya tidak ketinggalan berita terkini, penulis selalu mengikuti peliputan dan publikasi media, tentunya dengan tetap mengetahui sumber informasinya. Ini penting, sebab dengan mengetahui siapa yang menjadi sumbernya menjadikan kita semakin cermat untuk bisa memahami apa yang terselip didalamnya.

Nah membaca dan mengikuti perkembangan politik selama ini memanglah cukup menarik jika dibanding era sebelum reformasi. Setidaknya demokrasi yang ditandai berlangsungnya kebebasan berserikat dan berpendapat semakin terbangun di Indonesia.

Hanya saja yang patut disayangkan bahwa kebebasan dalam hal ini masih kurang didukung oleh budaya politik yang mumpuni sehingga seringkali mengganggu suasana yang seharusnya lebih kondisif.

Suhu politik kerapkali memanas karena masih bermunculan politik aliran maupun partisan yang mengusung isu agama atau cenderung mengandung SARA selalu dikaitkan dengan tujuan/alat perjuangan politik. Hingga saat ini gejala demikian masih saja ditemui.

Anehnya lagi, justru yang menghembuskan isu-isu tersebut merupakan tokoh-tokoh politik yang seharusnya menjadi panutan/tauladan. Pastinya dampak yang perlu dikhawatirkan adalah terjadinya konflik kepentingan dan perpecahan sesama anak bangsa.  

Apabila masih demikian adanya, bukan tidak mungkin menjadi hambatan dalam proses kita membangun demokrasi di tengah masyarakat plural, polarisasi antar golongan terjadi dan itu semua kurang elok atau tidak baik dalam pencerdasan politik di negeri tercinta ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline