Lihat ke Halaman Asli

Sulistyo

Buruh Dagang

Mengikuti Ruwatan Sukerta, Melestarikan Tradisi Jawa

Diperbarui: 27 September 2018   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bersamaan berlangsungnya acara Ruwatan Sukerta di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta (Minggu Legi, 23/9/2018) yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa (BPNB) DIY bersama Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ternyata diikuti oleh sebanyak 274 orang peserta dari Yogyakarta dan daerah luar kota.

Ruwatan Sukerta berlangsung sesuai rencana dimulai pukul 08.00 s/d selesai. Prosesi dimulai oleh peserta untuk melakukan kirab mengelilingi Pendapa Agung Tamansiswa. Peserta laki-laki mengenakan pakaian lurik lengkap/pakaian daerah, peserta perempuan memakai kebaya.

Ritual selanjutnya yaitu melakukan sungkem kepada kedua orang tuanya, meminta maaf dan mohon didoakan agar dilindungi Tuhan. Disusul berganti pakaian kopohan dan diserahkan panitia kepada dalang (Ki Mas Wedono Cermo Sutedjo) selanjutnya disimbolkan potong rambut peserta dan diguyur memakai air kembang setaman, kain putih/kopohan yang dipakai peserta kemudian dilarung ke sungai oleh sang dalang.

Perlu dipahami bahwa Ruwatan Sukerta dalam pandangan Jawa dimaksudkan untuk membuang hal buruk dalam diri sukerta (anak yang dihinggapi hal buruk dan akan dibayangi mara bahaya dalam kehidupannya).

Adapun yang dapat digolongkan sukerta dalam hal ini adalah anak yang lahir tunggal baik laki-laki atau perempuan, anak yang lahir diantara dua laki-laki atau diantara dua perempuan, lima bersauadara yang semuanya laki-laki atau semuanya perempuan, dan masih banyak lagi yang termasuk sukerta.

Nah pada kesempatan ini, kebetulan penulis sendiri termasuk memiliki anak tunggal perempuan sebagaimana tradisi Jawa sehingga ikut serta dalam acara Ruwatan Sukerta tersebut. Hal ini pastinya dimaksudkan, disamping ikut berpartisipasi melestarikan budaya dan tradisi Jawa -- juga berharap semoga anak selalu dinaungi kebaikan dan dilindungi dari bahaya sepanjang hidupnya, berperilaku baik dan memberi manfaat bagi manusia lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline