Lihat ke Halaman Asli

Sulistyo

Buruh Dagang

Kesetiakawanan Sosial Nasional dalam Kondisi Aktual Bangsa

Diperbarui: 20 Desember 2017   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang setiap tahunnya diperingati pada tanggal 20 Desember merupakan sebuah momentum yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Hari ini merupakan hari yang bersejarah dimana kita perlu mengenang dan menghayati semangat persatuan-kesatuan, gotong-royong dan kekeluargaan sebagai bangsa Indonesia.

Momentum dalam memperingati HKSN yang bernuansa sosial kemanusiaan juga merupakan bagian dari kebudayaan yang sudah mengakar dari tahun ke tahun diawali kebersamaan tekad, semangat seluruh rakyat untuk melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Melalui langkah solidaritas bersama itulah kekuatan semakin tumbuh sehingga kita secara berbarengan, senasib sepenanggungan untuk membela dan mempertahankan kedaulatan Negara.

Tentu saja peringatan HKSN ini bukan hanya sekedar atau merupakan kegiatan rutin, namun lebih dari itu momentum kesetiakawanan sosial dalam lingkup lokal, regional maupun nasional lebih bermakna bilamana diwujudkan dalam bentuk kontribusi nyata. Dalam perkataan lain, kegiatan memperingati HKSN menjadi berarti bilamana di-implementasikan pada situasi dan kondisi nyata, disesuaikan dengan kondisi aktual bangsa.

Kita masih ingat tentunya bahwa belum lama ini di berbagai penjuru tanah air terjadi bencana alam berupa banjir dan tanah longsor, erupsi Gunung Agung di Bali, bahkan pada tanggal 15 Desember 2017 lalu terjadi gempa bumi tektonik yang membawa korban terutama di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Dan bencana lain sekecil apapun disekitaran kita bertempat tinggal. Dampak dari kejadian bencana alam tersebut pastinnya telah menyebabkan sebagian warga mengalami penderitaan, menjadi korban bencana, baik berupa korban jiwa dan harta.

Sebagai bangsa yang berkarakter, bersikap kegotongroyongan, saling membantu tanpa pandang bulu dan demi sosial kemanusiaan pastinya semakin tumbuh untuk secara suka dan rela menolong saudara-saudara kita yang sedang dirundung derita akibat bencana yang tak pernah diduga.

Dari peristiwa erupsi Gunung Agung di Bali, nampak bahwa solidaritas dalam sebuah kebersamaan penanganan terhadap warga yang menjadi korban. Disamping fasilitasi dari pihak pemerintah daerah/pusat juga kesigapan para relawan sosial terjun langsung ke lapangan merupakan bukti bahwa jiwa kepedulian terhadap sesama di negeri ini masih lekat. Demikian halnya dikala banjir dan tanah longsor menimpa sebagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada akhir November lalu hingga pasca bencana -- tidak sedikit komunitas relawan berdatangan dari luar daerah untuk membantu meringankan beban para korban.

Itu semua merupakan langkah nyata, sekaligus bukti bahwa sikap kepedulian sosial, sikap empati terhadap penderitaan orang lain, yang digalang dan dilakukan dalam sebuah kebersamaan terkoordinasi mestinya patut dibanggakan. Sinergitas berbagai kalangan, panggilan jiwa untuk menolong derita orang lain inilah yang disebut kesetiakawan sosial.

Nah sebelum mengakhir tulisan, mungkin perlu dipahami bahwa kesetiakawanan sosial tidak lain sebagai nilai-nilai dasar menuju kesejahteraan sosial. Dalam kaitannya dengan HKSN sudah barang tentu implementasi kesetiakawanan sosial ini perlu direvitalisasi, disesuaikan dengan kehidupan nyata di lingkungan kita. Atau dalam dimensi lebih luas perlu di-implementasikan sesuai kondisi aktual bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline