Dari banyak buku yang aku baca tentang tata cara memanejemen orang, proses, operasi, dan lain sebagainya, mulai dari buku karangan orang Indonesia sampai orang luar Indonesia, dari buku cetak sampai ebook, dari buku beli sampai gratisan, sampai sekarang masih juga belum paham. Semua buku berteori dan memberikan panduan cara-caranya, tetap saja prakteknya tidak bisa berjalan baik. Kalau kata Ikaparhusip, seandainya manajemen itu mudah, pastinya buku-buku manajemen, sekolah-sekolah manajemen nggak akan laku dan sepi peminat. Justru karena tidak mudah, makanya dibuat buku-buku itu. Tapi dari buku-buku yang dibaca, informasi cuma mampir lewat, nggak ada yang sreg.
Setelah dipikir-pikir lagi, diotak-atik akhirnya ada kesimpulan. Dari teori di buku-buku, semuanya bisa dikembalikan dan dirangkum ke falsafahnya Ki Hajar Dewantara "Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani". Ya, ternyata Indonesia mempunyai teori manajemen yang ampuh sudah sejak dulu. Kalau menurutku, teori ini bukan hanya bisa dipakai untuk dunia pendidikan, justru pendidikan adalah contoh manajemen yang paling susah karena harus membuat anak-anak yang mungkin nggak tau untuk apa sekolah harus duduk dan mengikuti pelajaran. Sedangkan kalau di perusahaan, manajemen dilakukan untuk orang-orang yang mempunyai visi hampir sama, atau paling tidak bisa dipilih tim yang mempunyai visi sama.
Falsafah dari Ki Hajar Dewantara ini paling mudah untuk dipahami, paling tidak untuk diriku yang sejak SD sudah diberi pelajaran apa itu arti Tut Wuri Handayani. Dibandingkan dengan teori-teori luar yang berbeda budaya, dan cara pikir, punya Ki Hajar Dewantara sudah membumi. Setiap tahapan, oleh Ki Hajar sudah dibuatkan cara-caranya. Pertama Ing Ngarsa Sung Tulada, beri contoh beri acuan dan tetapkan tujuan apa yang harus dilakukan. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa, ayo bersama-sama menjalankan, sambil dilihat apa kekurangannya untuk dievaluasi. Yang terakhir Tut Wuri Handayani, biarkan proses berjalan dan biarkan tim menjadi mandiri. Dengan mandiri artinya ada pembagian kemampuan tim yang merata, kekurangan orang satu ditutup oleh orang lain dan sebaliknya. Dan setelah 3 teori itu, adalah masa tinggal landas.
Untuk menjadi leader dalam menerapkan falsafah Ki Hajar, perlu juga ditambah dengan falsafah mengajarnya Durna, guru Kurawa dan Pandawa. Durna sukses mengantar murid-muridnya Pandawa, Bima dan Arjuna mencapai pengetahuannya, di luar apa yang dilakukan Durna di kehidupan pribadinya. Durna adalah wayang sakti dan hebat. Selama mengajar, Durna mengikat salah satu lengannya. Durna khawatir kalau 2 tangannya dipakai untuk mengajar, yang ada hanyalah kesombongan. Bukan itu yang dibutuhkan untuk mengajar, tetapi kemampuan untuk mengarahkan tanpa harus menggurui. Dengan 1 tangan, Durna membimbing murid-muridnya untuk menemukan diri mereka sendiri.
Walaupun prakteknya memang tidak mudah, tapi paling tidak sudah ketemu pegangan yang bisa digunakan dan ada di sekitar diri, tinggal digali lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H