Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Bilang Maaf Tidak Harus Menunggu Salah Apalagi Lebaran

Diperbarui: 22 Mei 2020   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi | https://www.suara.com/

Kalau nggak salah ngapain minta maaf?

Malam ini pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa 1 Syawal 1441 Hijriah akan jatuh di hari Minggu (24/5). Itu artinya esok kita akan menggenapkan puasa selama 30 hari sebelum siap-siap menyambut idulfitri atau lebaran. Sepertinya baru kemarin memulai Ramadan ternyata sudah mau usai, ya.

Disebut juga dengan hari kemenangan, idulfitri memang jadi hari yang kita nanti. Meski juga ada sedihnya karena kita harus berpisah dengan bulan suci Ramadan, bulan dimana banyak berkah dilimpahkan dan dosa-dosa diampunkan. Membuat hati ini antara senang menyambut idulfitri dan sedih meninggalkan bulan Ramadan. Hanya terus berharap, mudah-mudahan kita dipertemukan lagi di tahun depan. Aamiin.

Idulfitri dan Momen Maaf-maafan yang Tidak Mudah Dilupakan

Selain ketupat, opor ayam, dan ditanya kapan nikah, momen idulfitri selalu identik dengan bermaaf-maafan. Sepengetahuan saya, hal ini jadi salah satu ciri khas Indonesia dalam merayakan lebaran. Menjadi tradisi yang tidak terjadi di negara lain.

Tradisi ini makin diperjelas dengan adanya acara halalbihalal tiap kali idulfitri tiba. Halalbihalal yang diartikan sebagai hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang (kbbi).

Ngomong-ngomong soal halalbihalal, ingatan saya terlempar di masa sekolah dulu jadinya. Ya, dari banyaknya kejadian halalbihalal, momen bermaaf-maafan di lapangan itu jadi suatu yang akan saya kenang selalu. Saya tidak akan sebut secara detail, namun bagi orang-orang yang satu sekolah dengan saya saat itu pasti tahu ada di tingkat apa kejadian ini terjadi. HAHA.

Halalbihalal itu masih terkesan sampai saat ini karena menjadi momen perdamaian yang terjadi antara saya dan kakak kelas yang sempat tidak baik-baik saja. Penyebabnya kami tidak akur waktu itu hanya karena kesalahpahaman, tetapi cukup panjang.

Alhamdulillah, halalbihalal membuat kami jadi bertemu dan saling mengaku. Semacam gencatan senjata dalam peperangan. Ya setidaknya pernah ada kata maaf yang sempat kami ucap dalam rangka memperbaiki hubungan yang lebih baik lagi. Jadi kalau ada yang mengatakan lebaran adalah momen untuk bermaafan, saya sepakat tetapi bukan satu-satunya. Walau tidak dapat disangkal bahwa lebaran membuat kita jadi lebih mudah memaafkan daripada hari-hari biasanya. Lagi-lagi memang momentum.

Tinggalkan cerita halalbihalal, pernah ngga sih kalian penasaran kenapa harus bermaaf-maafan ketika lebaran? 

Setelah saya cari tahu ternyata ajaran saling meminta maaf pada hari raya secara khusus tidak memiliki pijakan jelas dalam hadis Rasulullah. Akan tetapi memang tidak ada salahnya untuk dilakukan. Karena saling bermaafan termasuk perilaku yang baik dan mampu menjadi jembatan silaturahmi yang lebih baik pula antar sesama kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline