Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Kecipratan Berkah Nyadran Warga Temanggung

Diperbarui: 18 Mei 2020   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nyadran | https://mediacenter.temanggungkab.go.id/

Selalu ada yang spesial untuk sesuatu yang spesial.

Dalam menyambut bulan Ramadan, tiap daerah di Indonesia memilik caranya masing-masing. Tergantung apa yang diajarkan leluhur yang kemudian diturunkan secara turun-temurun. Menjadi sebuah tradisi.

Menurut kbbi, pengertian tradisi diartikan sebagai (1) adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; (2) penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.

Salah satu tradisi jelang Ramadan di mana tempat saya tinggal adalah nyadran. Sebenarnya bukan hanya khusus di daerah saya saja karena tradisi nyadran sebagian besar dilakukan oleh masyarakat Jawa terutama Jawa Tengah.

Dari segi bahasa, dikutip dari wikipedia, nyadran diambil dari bahasa Sanskerta yaitu sradda yang berarti keyakinan. Arti yang sama tidak jauh apabila kita membuka kbbi, dimana nyadran merupakan kata yang diambil dari kata dasar sadran.

Sadran yang jika menjadi kata kerja menjadi menyadran yaitu mengunjungi makam atau tempat keramat pada bulan ruwah untuk memberikan doa kepada leluhur (ayah, ibu, dan sebagainya) dengan membawa bunga atau sesajian.

Namun tidak hanya itu saja, puncak nyadran ditandai dengan adanya kenduri selamatan. Makanan yang disajikan berupa makanan tradisional seperti ayam ingkung, urap sayur, perdekdel, tempe dan lain sebagainya. Makanan yang nantinya di makan secara bersama-sama setelah berdoa.

Kecipratan Berkah Nyadran

Meski saya tahu nyadran itu apa, saya sendiri belum pernah melakukannya. Hal ini dikarenakan saya bukanlah warga asli sini, Temanggung. Bapak dan Mama saya adalah pendatang, di mana kami tidak memiliki saudara sama sekali ketika pertama kali datang.

Namun seiring berjalannya waktu, kami merasa sangat beruntung karena dipertemukan banyak orang-orang baik. Yang pada akhirnya membuat kami seperti di kelilingi orang-orang yang rasanya seperti saudara. Jadi makin kerasan.

Kota yang dulu asing kini sudah seperti tanah kelahiran. Gara-gara mereka, kami bisa merasakan bagaimana kecipratan berkah nyadran. Tradisi  yang sudah menjadi tradisi warga asli sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline