Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Katanya Ngumpul, tapi Kok Malah Asyik Main Gawai Sendiri?

Diperbarui: 3 Oktober 2018   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.wajibbaca.com | ilustrasi

Problema yang nyata kita hadapi hari ini adalah kita yang (terlalu) sering mendekatkan yang jauh dan justru menjauhkan yang dekat.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa hari ini telah banyak hal yang telah berubah. Apalagi seiring berkembangnya zaman yang semakin maju dan diiringi dengan munculnya teknologi yang makin canggih. Perubahan yang amat sangat berdampak dan dirasakan adalah soal cara kita berinteraksi, berkomunikasi. Ya, jika dahulu kita harus menunggu balasan berhari-hari, kini sedetik saja apa yang kita tanya bisa langsung terbaca. Semua menjadi tidak mustahil berkat gawai, didukung adanya internet dan beragam media sosial!

Siapa yang tidak ber-gawai?

Berbicara soal gawai.

Kali pertama saya mempunyai telepon genggam (HP) adalah ketika saya duduk di bangku putih biru. Waktu itu saya dibelikan Nokia tipe 2600. Kegunaannya pun sebatas berkirim pesan, telepon dan main games. Internet? Dulu saya lebih mengandalkan ke warnet,saja. Media sosial? Paling banter facebook, pun itu aktif-aktifnya saat saya sudah duduk di kelas 3 SMP.

Dulu, ketinggalan telepon genggam rasanya tidak terlalu masalah. B-aja! Pun saya kira sama halnya sama seperti teman-teman sebaya yang lain. Justru terkadang membawa telepon genggam yang bisa jadi masalah. Masalah karena secara tidak terduga bisa terkena razia. Kala itu, guru-guru sedang rajin-rajinnya. Hihi.

Sekarang?

Rasanya memiliki gawai tidak harus menunggu SMP. Contohnya saja keponakan saya, yang baru duduk di kelas 6 sekolah dasar, tetapi sudah tahu memainkan gawai bahkan sudah pandai berinternet dan pasang status di whatsapp miliknya sendiri. Ya, bukan hal yang mengagetkan untuk hari ini kejadian seperti itu terjadi. Karena kini gawai memang bukan barang langka, bukan barang tersier, yang membuat semua jadi mudah memilikinya.

Banyaknya pilihan gawai juga harga yang bersaing dan cukup terjangkau membuat gawai makin dicari untuk dibeli. Jika kemudian banyak yang jadi punya, pantas saja.

Adanya gawai memang banyak membantu, terutama untuk berkomunikasi. Namun, sayang fungsinya yang baik terkadang membuat kita lupa. Lupa batasan mana seharusnya kita menggunakannya.

Misalnya saja yang sering kita lihat sehari-hari (dan dianggap biasa padahal miris sekai kalau lama-lama melihatnya). Fenomena orang-orang yang berkumpul dalam satu meja, namun semua sibuk menunduk. Menunduk pada gawainya masing-masing dan memilih meniadakan pembicaraan.Saya sendiri suka sebal. Tapi saya juga tahu diri, pada kesempatan yang tidak saya sadari, saya rasanya saya juga pernah melakukannya. Hiks.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline