Melakukan sahur di saat sedang jauh dari rumah selalu berhasil membuat saya merindukannya, makanan buatan seorang wanita yang saya panggil Ibu.
Beberapa waktu lalu ketika saya sedang pulang ke rumah,ada perkataan Bapak yang membuat saya jadi terharu. Perihal suatu yang ternyata saat-saat puasa seperti ini menjadi pikiran dan kekhawatiran Bapak. Kekhawatiran tentang apa yang dimakan putrinya yang sedang jauh ketika sahur tiba. Ya, putri yang sebenarnya sudah bukan anak kecil lagi,sudah bisa bertahan diri apalagi hanya persoalan mencari makanan saja. Putri kecil itu saya sendiri. Heheu.
Menjadi wajar ketika Bapak merasakan demikian, karena diantara ketiga anaknya, saya yang sedang berada diposisi harus benar-benar mandiri di rantau. Kakak sudah ada suaminya, adik sudah disediakan makanannya di asrama, saya? pejuang kos-kosan yang harus pandai bertahan hidup. HAHA. Ya, apa yang Bapak khawatirkan saat puasa terutama ketika sahur rasanya tidak berlebihan.
Laporan Sahur yang terlewat...
"...Ya ampun, disini Bapak dan Mama makan sahur enak-enak, kok anaknya malah ngga makan", katanya.
Selama puasa, saya sudah sekali melewatkan waktu sahur dan sekali nyaris hampir tidak punya waktu sahur karena terbangun dengan sisa beberapa menit sebelum waktu imsyak. Maklum, perjuangan anak kos saat puasa itu benar-benar terasa terutama ketika datang waktu santap sahur. Soal ketinggalan sahur ini pun saya ceritakan pada Bapak dan makin terkesan ngenes saja saya dimata beliau. Duh.
Menariknya, sebelum saya mulai melaporkan semua kejadian sahur yang terlewat itu, kok ya kebetulan bapak terlihat menenteng sebuah bungkusan. Bungkusan yang setelah dibuka ternyata berisi sate. Hmm, Bapak seperti tahu feeling anaknya yang suka susah payah cari makan terutama waktu sahur nih. haha.
Senerek, Makanan yang Jadi Favorit Saat Sahur
Seperti biasa ketika sedang pulang ke rumah, selain Bapak yang khawatir ada Ibu yang menjadi orang yang paling sibuk mendata makanan apa yang ingin saya makan. Bukan hanya makanan yang saya makan ketika waktu buka, pun ketika sahur di esok harinya. Ya, satu hal paling menyenangkan ketika berada di rumah saat bulan puasa adalah saya nggak perlu mikir akan makan apa ketika sahur nanti. Hehe.
Dari banyak masakan Ibu, salah satu makanan Ibu yang pasti akan muncul ketika sahur adalah sayur senereknya. Senerek atau kacang merah yang sering dibuat Ibu terlihat sederhana saja, hanya kacang yang direbus lalu dicampur bumbu-bumbu dengan paduan gula dan asem jawa. Manis dan ada asam-asamnya,gitu. Mungkin kalau boleh diberi nama, nama yang pantas untuk masakan Ibu yang ini adalah sayur asam senerek.
Tidak hanya muncul sendirian, Ibu juga suka membuat pasangan untuk sayur senereknya. Ibu dan Bapak suka memasangkannya dengan telur mata sapi atau yang didadar. Kalau saya sendiri, suka jatuh cinta lagi dengan makanan ini apabila dipasangkan dengan ayam goreng. Emmm, mantap!