Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Renungan Singkat: Pelajaran dari Adikku

Diperbarui: 7 Agustus 2017   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (dailymail.co.uk)

"Ini adeknya atau pacarnya?"

"Bukan..bukan..Saya kakaknya"

Makin kesini rupanya banyak orang jadi salah mengira. Mengira bahwa saya adalah adik dari seorang adik dan adik menjadi kakak seorang kakak. Ada juga yang lucu yaitu menyangka kami adalah pasangan kekasih. Meski awalnya sempat sebel, tapi saya sadar sih mungkin saya awet imut sedang adik memang tumbuh begitu pesatnya. Bahkan sebenarnya bukan hanya saya yang jadi 'kalah', juga kakak pertama dan kedua orang tua.

Adik Kecil Kakak

Adik saya laki-laki. Dia anak paling bungsu, ketiga dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya  perempuan dan masing-masing terpisah jarak selama empat tahun-nan.

Dulu sewaktu adik masih kecil ada hobi adik yang sampai saat ini masih saya kenang. Hobinya yang nginthilan alias suka mengikuti kemana-mana. Terutama kalau saya sedang bermain dengan teman-teman. Pernah, sewaktu jengkel sudah dipuncak-puncaknya kala itu, tanpa rasa iba saya  mengunci adik dari luar hanya agar ia tak mengikuti saya. Suara tangisnya yang kencang tak membuat saya gentar untuk meninggalkannya. Sungguh, saya pernah jadi kakak yang begitu teganya dirimu teganya.

Seiring usia yang makin bertambah,  beruntung adik memang tidak lagi nginthilan secara nyata. Namun ternyata dia masih sama mengikuti, kali ini mengikuti hal-hal yang saya suka. Ketika saya belajar menggambar dan mengikuti lomba, adik jadi ikut suka menggambar dan ikut lomba yang sama. Ketika saya belajar menari dan berani pentas di atas panggung, adik sama halnya. Ya, hal-hal yang saya lakukan pernah juga dilakukan adik.

Mungkin itulah fungsi kakak, menjadi contoh nyata adiknya.

Terima Kasih, Pelajarannya Adik!

Sampai kelulusannya di bangku sekolah menengah pertama, saya tak pernah menyangka bahwa adik kelak akan menjadi seperti kupu-kupu, bermetamorfosis 'sempurna'. Baik dari segi postur juga cara berpikirnya yang  bisa begitu dewasa.

Menjelang memasuki dunia baru putih abu, rupanya adik mulai berani menunjukan pada kami bahwa ia sudah punya pilihannya sendiri. Ya, adik ingin bersekolah di tempat yang berbeda, tidak seperti kedua kakak perempuannya. Pilihan adik jatuh pada sekolah asrama yang berada di luar kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline