Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

2-4-2, Rumus Mudah Mencukupi Kebutuhan Cairan Saat Puasa

Diperbarui: 19 April 2022   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal minggu bulan puasa , bertepatan pula dengan adanya ujian akhir semester di perkuliahan saya. Jadilah saya harus menjalankan puasa di kota dimana saya menempuh pendidikan, Semarang. Menjalankan ibadah puasa di Semarang dan di Temanggung, ternyata cukup berbeda. Terutama pada “Rasa hausnya itu lho”. 

Memang , letak geografis suatu daerah dapat mempengaruhi kondisi kita apalagi saat berpuasa. Seperti halnya yang saya rasakan. Kebetulan , saya nge-kost di daerah Semarang bawah yang sering jadi langganan  banjir karena letaknya yang berada di dataran rendah dan dekat pantai.Tidak heran jika cuaca disana pun cukup panas dengan matahari yang terik. Berbeda dengan Temanggung. 

Sebagian besar daerah disini berada di dataran tinggi dengan cuaca yang sejuk bahkan dinginnya menusuk ketika pagi menjelang. Ya, berpuasa di dua kota yang memiliki cuaca yang berbeda membuat saya pintar-pintar mengatur strategi, khususnya untuk memenuhi kebutuhan cairan.

Puasa Tidak Membuat Kebutuhan Cairanmu Berkurang

Hal yang terlihat berbeda saat puasa adalah jadwal makan dan minum yang dibatasi oleh waktu. Namun tidak demikian dengan jumlah kalori dan cairan yang kita butuhkan. Selama puasa kebutuhan tubuh kita sama seperti kebutuhan harian saat tidak berpuasa. Jika saat tidak berpuasa kebutuhan kalori kita adalah sebesar 2000 kalori , sebanyak itu pula yang harus kita penuhi saat puasa. Begitupun kebutuhan cairan. Jika saat tidak puasa tubuhmu membutuhkan  8 gelas , maka sebanyak itu pula kebutuhanmu saat berpuasa. Intinya kebutuhan tubuh saat berpuasa tidaklah berkurang ataupun lebih. Sama saja, hanya soal jadwal yang beda.

Hausnya Itu Lho

Sebagian besar komponen tubuh manusia adalah air.  Bahkan pada pria dan wanita dewasa setengah dari berat tubuhnya merupakan komponen air. Oleh sebab itu, seseorang masih bisa bertahan untuk hidup tanpa makan selama  berminggu-minggu tapi tetap dengan minum. Namun  hanya beberapa hari saja (3-5 hari)  tanpa minum. 

Apa yang kita lakukan pertama kali saat buka puasa? Minum. Kebiasan yang kita lakukan saat buka puasa adalah mencari pelepas dahaga, seperti  segelas air atau semangkok es buah untuk membasahi kerongkongan yang seharian bak gurun sahara. Selama puasa , minum yang dibatasi waktu akan mempengaruhi kondisi cairan tubuh kita secara nyata, dehidrasi.

Saat puasa, teriknya matahari dan suhu udara yang panas jadi momok menakutkan dan sering dihindari. Seperti yang saya rasakan ketika harus berpuasa di kota Semarang. Rasa haus yang ditimbulkan karena lingkungan yang panas sering membayang-bayangi yang akhirnya membuat saya berpikir lagi ketika harus melakukan aktifitas di bawah teriknya matahari.

Bibir Kering? Jangan-jangan..

Penelitian yang dilakukan di Jakarta- daerah dataran rendah dan panas dan di Bandung barat- daerah dataran tinggi dan sejuk, menunjukan bahwa lebih dari separuh subjek remaja mengalami bibir kering selama Puasa, dan sekitar sepertiga di kalangan subjek dewasa. Kejadian bibir kering lebih banyak dialami subjek di daerah panas /dataran rendah.

Bibir kering adalah alarm yang diberikan tubuh ketika kalian telah mengalami kehausan yang berlangsung lama. Mungkin ada yang masih beranggapan, minumlah ketika haus. Faktanya itu salah. Ketika haus tubuh sebenarnya sudah mengalami dehidrasi , dehidrasi yang terlambat.  Penyebab utama bibir kering (jika seseorang tidak punya riwayat medis tertentu) bukanlah karena penyakit tetapi kekurangan air minum. Artinya jumlah air minum yang diasup masih belum memenuhi kebutuhan yang seharusnya.

Bagaimana Jika Saya Sudah Dehidrasi?

Fakta yang terjadi di Indonesia membuktikan bahwa menurut data The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST), 1 dari 2 penduduk Indonesia mengalami kurang air / hipovolemia (kondisi kekurangan cairan) ringan. Kejadian paling tinggi pada remaja dibanding dengan dewasa. Selain itu, prevalensi hipovelimia ringan di daerah dataran rendah yang panas cenderung lebih tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline