Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Jadi Kapan Punya Buku Sendiri?

Diperbarui: 12 Agustus 2020   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1429782513255014224

Ternyata April menyimpan banyak peringatan, setelah  21 April  “Hari Kartini” ;  22 “Hari Bumi” dan hari ini 23 April “Hari Buku Se-Dunia”. Jujur saya sendiri agak kurang familiar, atau emang kurang update di tahun sebelumnya. Baru tahun ini ngeeh ada hari buku, itu pun tahu gara-gara grup FB Gramedia membagikan ucapan Hari Buku dan informasi dari mbak-mbak penyiar radio yang mengatakan bahwa hari ini adalah kelahiran sastrawan terkenal yang bernama William Shakespeare. Selamat Ulang Tahun Pak William dan buku-buku di dunia!!

Sebuah Impian yang Ingin Disegerakan

Siapa sih yang tidak ingin punya buku yang bertuliskan namanya sendiri? Yaap..menerbitkan sebuah buku adalah salah satu impian yang saya miliki. Impian ini pun sebenarnya sudah saya rintis sejak setahun yang lalu. Bahkan saya sudah mempunyai draft untuk saya terbitkan secara self-publishing. lohh Tapi..setelah ditelaah lebih lanjut rupanya isinya terlalu egois, menye-menye dan cenderung menggalaukan (saya sendiri). Mungkin secara tidak sadar-apa yang ditulis seiring dengan apa yang dirasakan. 

Kalau istilah kekiniannya adalah “Baper”-an atau bawa perasaaan. Bahaya sekali kalau sampai tersebar luaskan. Takut menyebar virus gelisah galau merana. Yagitu, akhirnya saya kubur sajalah draft-draft itu , bakar sajalah buat lagi yang baru. hehe perlu dilakukan rekonstruksi ulang untuk menjadikannya buku yang baik. Padahal cover buku sudah ada dan cantik, warnanya senja gitu-dibikinin anak arsitek lagi, gratiss #eh

1429782719125783491

s

Semua Bisa Nerbitin Buku

Tidak ada kasta yang mengkotak-kotakan siapa yang boleh dan tidak boleh menerbitkan bukunya sendiri. Semua bisa asal ada niat kemauan dan lakukan. Apalagi sekarang banyak jasa yang menawarkan percetakan secara indie dan juga self-publising juga, Adalah Bapak yang selalu motivasi saya untuk segera membuat buku. Buku apa? Kata bapak, segera saja bukukan tulisan-tulisan di kompasiana. Ya, tulisan-tulisan disini jika dikumpulkan bisa jadi sebuah buku. Sedikit-sedikit nulis,lama-lama jadi buku. Ya, bisa jadi sih emang bener.

Tidak hanya bapak saya sendiri, ada bapak-bapak yang lain yang turut memotivasi saya untuk menulis buku. Bapak yang waktu itu ketemu di Yogya waktu acara Kompas Kampus. Namanya Pak Ang Tek Khun. Beliau bahkan memberikan tips jitunya dalam dua skenario menulis buku. Saya terharu loh pak dan jujur lagi nih, bingung harus memulai dari mana. Ah padahal sudah dikasih petunjuk jelas-jelas masih aja dongdong.hihii

Buku Apa yang Ingin Dibuat?

Seperti yang pernah bapak asal Yogya itu usulkan, buku tentang keilmuan yang sedang saya pelajari. Sebenarnya ada minder juga, minder jika bukunya kelak dicap abal-abal karena buatan mahasiswa. Tapi, kalau kata Bapak saya sendiri sih, coba saja. *Bahan mana bahan, hihi*

Saya juga ingin mempunyai buku biografi yang menceritakan orang-orang inspiratif dan hebat yang berada di lingkungan saya saat ini. Ya, saya bersyukur-karena sampai hari ini Tuhan mengirimkan dan mempertemukan saya dengan orang-orang yang tak terduga. Saya rasa bukan hanya bisa jadi sosok yang saya kagumi, melainkan bagi yang lainnya juga. Namun dalam hal ini, saya sepertinya harus belajar banyak dari salah satu inspirasi saya dalam menulis buku yaitu Mbak Gaganawati yang berada di Jerman sana.

Pie mbak? Bagi-bagi ilmu dong. Hihii

Inspirasi Menulis (Buku) di Kompasiana

Semua kompasianer bisa dijadikan panutan dalam menulis. Kenapa? Karena semuanya melakukan hal ini. Poin dalam membuat buku adalah menulisnya. Bagaimana bisa jadi buku kalau tidak ada aktivitas menulis? Dari banyak inspirasi yang ada, mungkin tak saya sebutkan semuanya. Ada Mbak Gaganawati, Pak Much Choiri, Pak Tjipta Effendi dan Bu Lina. Bahkan saya pernah menemukan akun yang buat buku "Untuk Tidak Dibaca" di kompasiana, bu Deassy M Destiani. Waaa...silakan tambahkan nama yang lain..sepertinya banyak yang sudah punya buku sendiri.

Diantara yang saya sebutkan, baru buku Mbak Gaganawati yang berjudul “38 Wanita Indonesia Bisa” yang sudah saya baca.  Dan buku itulah yang membuat magnet untuk membuat buku biografi. Sementara buku Pak Tjipta dan istrinya belum. Secara tidak langsung, mereka telah memberikan percikan api semangat yang membakar saya untuk segera menulis. Tapi, tetep aja ketunda-tunda,alesan!gitukan. Mungkin saya butuh dicambuk dulu supaya bisa berlari cepat, membuat buku.

dari tulisannya Pak Den Bhagoese :)

(twitter)

(kompasiana)

Yaudah itu saja curhan hati di Hari Buku Sedunia yang bisa saya bagikan. Semoga semua bisa punya buku sendiri-sendiri. Biar rak buku di Toko Buku lebih meriah.

Mimpi kalau Cuma dimimpikan ya percuma! *ngomong sama cermin*

Jadi, Kapan Punya Buku Sendiri?

Salam –in satu-satu ,

Listhia H Rahman




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline