Hari ini saya cukup dikejutkan dengan sebuah surat yang saya dapat. Karena saya jarang sekali mendapatkan surat seperti ini lagi. Pasalnya di zaman yang segalanya sudah mengalami modernisasi dan begitupula teknologi yang begitu pesat berkembang, saya mendapatkan sebuah surat versi cetak alias melalui pos.
Ya, sempat juga tidak percaya ketika mendapatkan kabar dari seorang teman di kampus yang mengatakan bahwa ada surat yang ditujukan untuk saya. Setelah di cek, memang benar tulisan tersebut ditujukan pada saya dengan nama lengkap dan beralamatkan ke jurusan saya. Wah, saya kira salah ngirim hehe
Saya sangat mengapresiasi dengan kedatangan surat ini. Selanjutnya ada yang lebih membuat saya terkejut lagi adalah alamat si pengirim. Pengirim memang tidak mencantumkan alamatnya secara detail, namun walaupun begitu ada kata yang sontak membuat saya heran dan cukup terharu lho.
Pengirim mengaku berasal dari pulau paling timur di Indonesia, pulau yang kaya raya yang saya sendiri belum pernah menjejaki daerah tersebut. Papua. Ya, saya mendapatkan surat dari seseorang pengirim yang menuliskan alamatnya Papua. Terlepas dari surat kaleng atau bukan, saya meyakini saja ini adalah surat yang benar-benar dari papua. Melihat ada prangko disana dan cap pos, barangkali sudah menjadi bukti otentik bahwa surat ini benar-benar dari ujung timur.
Setelah bertubi-tubi terkejut, saya pun mulai membaca surat tersebut. Kurang lebih isinya seperti ini : Sebut saja namanya Maikel. Ya, katanya dia sangat tertarik dengan argumentasi saya di kompas kampus pada tanggal 13 Januari lalu.
Rupanya surat ini adalah bentuk apresiasinya terhadap tulisan yang pernah dimuat di koran kompas. Tentu, saya sangat terharu bisa mendapatkan respon sampai seperti ini. Terlebih menyempatkan untuk menuliskan surat dari papua ke semarang. antar pulau. Bukan via surat elektronik yang tinggal klik tombol “send” langsung masuk kotak masuk saya.
Ada perjuangan lain selain menyempatkan membaca tulisan saya, ada aktivitas mengetik mencetak sampai mengirimkan via pos. Ya, saya terkesan sekali :) saya pun sedikit heran , tulisan yang ditulis tidak menggunakan tulisan tangan tetapi diketik cukup rapi. Kenapa tidak mengirimkan saja via elektronik? simple,mudah dan murah hehe
Nah, Setelah membaca tuntas surat tersebut, jujur saya menjadi bingung. Harus kemana saya membalas surat untuk si pengirim itu. Tidak ada alamat yang detail dibalik surat tersebut dan rasanya mustahil untuk mengirimkan balasan via pos. Papua luas. Hehe. Beda lagi kalau si pengirim mengirimkan surat via elektronik mungkin saya akan langsung menanggapinya.
Sebagai bentuk apresiasi kepada si pengirim, saya hanya bisa menuliskan tulisan balasan lewat sini. Meskipun saya juga gak begitu yakin akan dibaca oleh si pengirim tersebut. Setidaknya, saya sudah berusaha untuk menanggapi dan membalas surat yang berhasil mendarat di Semarang ini.
***
Selamat siang,
Surat saudara sudah saya terima tanpa cacat di Semarang hari ini. Sudah sampai pada tangan saya sendiri. Saya berterima kasih sekali atas respon positif dan perhatian dari Saudara. Saat saya membaca tulisan saudara, ada tanggal pembuatan yaitu 13 Januari. Tanggal dimana tepat saya dimuat di koran kompas. Semoga kelak jika saya berkesempatan untuk ke Papua. Kita bisa bertemu disana. Oya, saya cukup kaget melihat saudara menggunakan jurusan saya lengkap sebagai alamat surat itu ditujukan. Surat tersebut berhasil sampai pada saya kok.
Sekali lagi terima kasih atas surat dan segala bentuk respon postif dari saudara.
Sehat selalu dan salam untuk saudara-saudaraku di Papua sana.
Salam kenal,
Listhia H Rahman
***
Kejadian ini makin meyakinkan saya, bahwa menulis akan mengantarkanmu pada keajaiban-keajiban yang tak kau duga. Menulislah dan berbahagialah
Masuk koran nasional seperti kompas, ternyata mampu menyapa saudara-saudara sampai ujung timur sana, Papua
salam hangat,
Listhia H Rahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H