Lihat ke Halaman Asli

Listhia H. Rahman

TERVERIFIKASI

Ahli Gizi

Kenapa Menjual Voucher Atas Nama "Charity"?

Diperbarui: 7 Agustus 2020   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423840877775889270

Yeay, akhirnya hari Jumat. Waktunya pulang ke Temanggung. Eh, tapi rasanya ada yang kurang. Mampir ke Toko Buku Gramedia dulu deh. Cari-cari buku buat ngemil di rumah. Maklum di Temanggung gak ada toko buku sebesar Gramedia.. Lagipula ada buku yang saya taksir, bukunya mbah Sujiwo Tedjo , Rahvayana 2 : Ada yang Tiada. 

Karena saya takut tergoda, sayapun langsung menuju rak tempat buku itu berada. Meminimalisir waktu. Soalnya paling suka lupa waktu di toko buku.  Sementara Ibu di rumah sudah memantau saya lewat pesan singkat 

“Pulang jam berapa?”

“Udah sampe mana?”.

Anakmu masih di semarang mah, nyangkut di Gramedia Pandanaran. Pesan singkat ibu hanya ku balas dalam hati. hehe Nah, setelah sempat memegang buku yang saya taksir, sayapun berpikir sepertinya masih ada buku nganggur di rumah deh. Bukunya di simpen di gramedia dulu aja kali ya,  besok senin sudah di Semarang lagi kok.  

Jadi masih bisa ke sini. Akhirnya saya menunda membeli buku itu dan memutuskan segera pulang ke Temanggung. Pas liat jam ternyata , ups hampir sejam saya habiskan di sini. Tuhkan bener engga kerasa. Padahal cuma muter-muter.

“Iya mah, ini masih di Semarang mau berangkat”. Pesan terkirim.

Setelah itu saya pun buru-buru untuk meninggalkan Gramedia. Tiba-tiba saat posisi saya dipinggir jalan, mau nyebrang . Perasaan ada orang yang memanggil saya dari belakang, dan bener! Seorang laki-laki seumuran dengan saya meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan saya. Yaudah  sebenarnya dengan keterburuan sayapun menanggapi laki-laki itu.

Awalnya saya kira sih mau minta bantu isi angket atau minta pendapat . Eh ternyata saya di sodorin semacam booklet gitu. Hmm, bau-baunya promosi nih. Aduh bakalan lama engga nih yaa. Laki-laki itupun bicara dengan lihai sekali,cepet sampai-sampai gak ngeeh  yang dia omongin apaan. Saking udah sering ngomong begitu kali ya ke orang-orang jadinya kaya udah hafal banget. Yaudah saya mah Cuma ngangguk-nggangguk dan hammhemmm aja biar kelihatan ngerti padahal engga ngerti juga.

Inti dari omongan laki-laki itu adalah meminta sumbangan , penggalangan dana alias charity dari yayasan yang menangani penyakit lupus. Dalam percakapn singkat kami diapun sempat bertanya “Ambil fakultas apa?” “Oh saya ambil kedokteran, ilmu gizi UNDIP” “Nah pasti tau banyak dong tentang ini” dan biar angguk-angguk saya saja yang menjawab lebih banyak.

Sampailah percakapan kami ke poin yang paling inti. Laki-laki itu memperlihatkan saya seperti kupon yang nantinya akan diisi data diri sebagai bukti bahwa saya telah ikut menyumbang. Dan di situ jelas sekali tertera nominal uang sebesar Rp 100.00,00. Nominal yang tidak sedikit bagi kantong mahasiswa. Sempat juga ngedumel dalam hati “ini gak salah minta sumbangan segini ke mahasiswa duh”

Laki-laki itu terus saja membujuk saya untuk menyumbang. Ya, saya sih bukannya pelit atau gak senang menyumbang. Sebagai mahasiswa yang menggeluti kesehatan dan begitu dekat dengan namanya kemanusian. Saya juga sempat ikut trenyuh. Apalagi penyakit lupus memang penyakit yang menyerang sistem imun dan yang mengalaminya pasti harus berjuang keras untuk melawan rasa sakit itu.

Sayapun memutuskan memberikan uang yang tadinya buat beli buku buat ikut menyumbang di yayasan ini. Membantu sesama selagi bisa. Saya pun mengisi data di kupon tersebut. Setelah itu laki-laki tadi pun memperlihatkan berbagai voucher yang akan saya dapat sebagi bentuk terima kasih telah membantu menyumbang. 

Ya, saya terima kasih juga tapi buat saya gak penting voucher-voucher tadi buat saya. Niat saya Cuma mau ikut membantu mumpung ada rejeki. Percakapan yang berlangsungpun tak terlalu lama, sekitar 10 menitan dan dalam posisi masih berdiri di pinggir jalan. Saya engga  bisa berlama-lama dan harus segera ke Temanggung. Akhirnya percakapan kami selesai dan ternyata saya boleh membawa booklet tersebut. Yasudah, saya langsung masukin tas saja.

Di bus, karena engga ada kerjaan sayapun mencari bahan bacaan. Aha, lihat booklet tadi saja. Soalnya tadi engga begitu ngeeh juga isinya apaan. Langsung iyain aja, karena tujuan yang disampaikan sudah cukup jelas bagi saya. Dan tiba-tiba saya sedikit terkejut ketika saya mendapati kalimat dengan ukuran font yang kecil dibawah booklet tersebut . Posisinya ada di paling depan booklet. Kalimatnya berbunyi seperti gambar dibawah ini :

 Rp 10.000 dari hasil penjualan Voucher ini akan disumbangkan untuk......

Haaa? Kok ada tulisan ini sih , sejak kapan? huuuft..

Kenapa sumbangannya lebih kecil ?

Jujur saya jadi bingung, uang yang saya berikan tadikan 100 ribu dan tujuan utamanya ya saya mau ikut menyumbang. Tetapi kenapa hanya 10% saja. Kok tadi sama sekali ga ngomong hal ini? Lalu 90ribu kemanain? Buat bayar voucher? Yah.. saya padahal engga tertarik sama voucher-voucher itu. Niat saya nyumbang bukan beli voucher tempat-tempat mahal.  

Paling juga gak akan saya pakai. Sempet kecewa karena tidak mendapatkan penjelasan yang ternyata belum rinci. Kenapa tadi engga jujur saja : "Mbak silakan beli voucher ini, nanti bisa ikut nyumbang juga loh" bukan sebaliknya :)

Luangkan Waktu untuk Membaca secara Detail

Mungkin ini juga karena faktor ketidaktelitian saya sendiri. Ya, namanya juga orang lagi buru-buru mana di stop tiba-tiba dipinggir jalan dan ngomongnya sambil berdiri pula. Saya enggak ngeeh tentang tulisan-tulisan yang ada disitu. Jadi boro-boro ngebaca tulisan kecil yang nyempil dibawah tadi. Buat kalian yang bila suatu waktu menemui hal ini, jangan malas membacanya ya. Terutama dibagian depan dan mintalah konfirmasi dari tulisan yang dianggap ganjil.

Cara Lain "Charity"

Ini bukan suatu penipuan, mungkin cara lain dalam menggalang dana. Hanya saja saya kecewa kenapa dana yang masuk ke yayasan tersebut hanya 10 persen. Tujuan saya mau menyumbang , dan soal voucher-voucher itu saya gak butuh sama sekali.

Kalau Mau Menyumbang Langsung Saja Ke Rekening (yang jelas) atau Tempatnya

Banyak pelajaran yang saya dapat hari ini. Kalau mau menyumbang mending langung ke rekening yayasan saja atau datang ke tempat itu berada. Uangnya kan bisa full digunakan. Tidak seperti ini. Mubazir sekali voucher ini bagi saya, mending uang voucher ini jadikan sumbangan saja. Saya gak butuh booklet voucher-voucher.

Tujuan menyumbang kok malah jadi seperti disuruh beli voucher? atau penjualan voucher yang mengatasnamakan "charity"?

***

Bagi saya sendiri, kembali pada awal niat . Pokoknya saya ikhlas dan niat saya buat menyumbang saudara-saudara saya yang berjuang melawan penyakitnya. Kedepannya uang itu diapakan, semoga orang-orang yang terlibat disana amanah. amin :)

Oyaa, buat para volunteer dari kegiatan penggalangan dana ini saya punya saran, sebaiknya menjaga etika, kalau mengajak ngobrol tahu tempat jangan dipinggir jalan sambil berdiri pula dan tolong berikan penjelasan verbal yang rinci karena tidak semua orang paham seperti paham yang kalian miliki. Tujuan kalian mulia, tapi tolong berikan penjelasan dan pengertian yang sama agar tak salah paham :)

Sebenernya masih terngiang juga di pikiran saya :

Kenapa menjual voucher atas nama "charity"?

Adakah yang punya pengalaman yang sama? :)

 

Semoga bermanfaat,

Salam

Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline