Lihat ke Halaman Asli

Berharap TNI vs POLRI

Diperbarui: 5 April 2016   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Menyebalkaaaaaaann........

Hari ini sangat menyebalkan. Laki gue sangat nyebelin.

Daripada bete keterusan sama suami, mending aku buka laptop aja terus nulis di sini.

Selamat sore Netizen semuanya, hari ini aku kesal sama suami dan anak aku yang teriak-teriak kenceng cuma karena nonton bola di tv doang. Kayak ruang keluarga ini serasa stadion senayan. Ada panduan suara kompak dengan suara bass dan suara cempreng anak laki aku. Goooooollllll....... Gila betul nih. Aku lihat apa yang mereka tonton, ternyata pertandingan bola nasional. Aku pikir siaran Barclays Premier League atau Real Madrid yang ada Cristiano Ronaldo ganteng itu. Ternyata, para jagoan rumahku ini pada nonton Bhayangkara Cup 2016. Aku lirik sembunyi-sembunyi ke arah tv sambil aku baca tulisan di pojok kiri atas. Hmmmm……PS TNI vs Persib.

Pasti terulang lagi seperti bulan-bulan lalu yang ada kompetisi bola Soedirman Cup. Terulang ribetnya suamiku kalo udah urusan nonton bola. Aku pasti disuruh nemenin nonton. Suruh dibikinin indomie pake telor. Aku suka sih dengan sepak bola, tapi gak suka berisiknya. Tim bola favoritku adalah PS TNI. Suamiku pendukung The Blue Viking alias Persib Bandung. Waktu di Soedirman Cup tahun lalu pas bertepatan ama HUT TNI bulan Oktober, bertemulah tim bola favoritku dengan timnya suamiku. Seru banget kita nonton buat ngedukung tim masing-masing. Hasilnya aku yang menang. Horrreee….. Suamiku ngambek ama The Viking karena kalah ama PS TNI yang masih tergolong kesebelasan pendatang yang belum Pro alias amatir. Makin ngambek lagi suamiku karena anakku membelot dari pendukung Persib beralih ke PS TNI.

Bicara soal bola tuh gak ada habisnya guys. Pasti seru ngobrolnya. Kemaren aku belanja sembako di pasar, bapak-bapak pedagang pasar lagi ngerumpi soal bola. Dimana-mana pada membicarakan bola. Menurutku masyarakat Indonesia tuh butuh hiburan yang bisa membangkitkan semangat juang. Sepak bola adalah salah satu hiburan yang merakyat. Sepak bola adalah satu-satunya olahraga yang bisa mempersatukan ribuan orang dalam satu tempat. Ribuan pasang mata juga melihat permainan olahraga ini dengan tidak menghiraukan situasi politik dan ekonomi di negeri ini. Bila sudah nonton bola baik di Stadion ataupun di TV, masyarakat lupa tentang semuanya. Mereka hanya melihat pertandingan itu saja. Contoh suamiku sendiri bila sudah pertandingan sepak bola akan lupa pekerjaan rumah, asyik sendiri di depan tv, sampai lupa harus beli air gallon dan gas elpiji.

Sepak bola Indonesia saat ini sedang sekarat. Kenapa aku bilang seperti itu? Pemerintah dan PSSI masih beda pendapat dalam mengatur sepak bola kita. Pemerintah yang diwakili oleh Kemenpora berkomunikasi dengan FIFA yang bertindak sebagai induk organisasi sepak bola dunia, terkait dengan penyelesaian polemik sepak bola nasional. Tapi sampai kapan penyelesaiannya? Status PSSI masih mendapatkan sanksi atau dikucilkan dari persepakbolaan dunia. Maka, sepak bola milik rakyat ini juga belum jelas bagaimana kelanjutannya. Hanya yang ada surat-suratan antara FIFA dengan Kemenpora yang ujungnya hanya menunggu terus. Sampai kapan? Sedangkan menurut aku tentang sepak bola hanya sederhana sekali, yaitu pertandingan dua tim yang terdiri dari 22 orang dipimpin wasit, dengan siapa tim yang bisa memasukkan sebuah bola ke gawang lawan itulah yang akan memenangkan pertandingan. Dan pertandingan itu hanya permainan. It is just a game. Ternyata dibalik permainan itu terdapat banyak orang yang menggantungkan nasib, karir, kebutuhan rumah tangga dan ekonomi kepada kejelasan kapan pembekuan FIFA berakhir. Liga Indonesia tahun 2015-2016 beku seperti air di dalam lemari es. Kasihan para atlet bola yang mengandalkan ekonomi dari gaji klub sepak bola profesional.

Kehampaan atas kebekuan dan sepinya sepak bola di tanah air ini, dicairkan dengan kompetisi-kompetisi sepak bola yang hanya sementara, seperti Piala Sudirman tahun lalu yang sangat menggairahkan suasana sepak bola nasional kita. Piala Sudirman diselenggarakan oleh TNI dengan diikuti Klub-klub profesional di Liga Indonesia. Hadirnya PS TNI yang menjadi sensasi luar biasa di Piala Sudirman 2015. Kembali lagi TNI yang bisa menggairahkan dan membuat semangat masyarakat Indonesia bangkit kembali. Salut dan angkat jempol buat TNI yang serba bisa di berbagai bidang. Sebelumnya TNI yang sanggup atasi kebakaran hutan di Riau, membuat jalan di perbatasan Kalimantan dan Papua, merampungkan jalan di Pantura jawa untuk mudik lebaran rakyat, dan lain-lain, sekarang TNI menunjukkan kemampuannya di bidang olahraga. Aku dari awal senang dengan bapak-bapak tentara, sekarang semakin hormat untuk TNI yang selalu berpartisipasi untuk membangun negeri ini bahkan berprestasi prajurit-prajuritnya. Kembali lagi ke bola, PS TNI kebanggaanku yang awalnya tidak diunggulkan justru membuat kejutan dengan menjadi kesebelasan pertama yang lolos dari Grup C, walaupum kalah di babak playoff. Padahal grup itu diisi oleh kesebelasan lain yang berpengalaman dan pro seperti Persib Bandung dan Persela Lamongan. PS TNI masih amatir, namun yang menarik dari kesebelasan ini adalah personel dari skuad mereka, yang keseluruhan pemain semuanya berstatus sebagai prajurit TNI.

Setelah sukses dengan penyelenggaraan Piala Soedirman 2015, kini giliran Polri yang tidak mau kalah dengan TNI untuk menggairahkan persepakbolaan Indonesia. Polri menggelar kompetisi sepak bola dengan nama Piala Bhayangkara 2016. Ini kali pertama Polri menyelenggarakan kompetisi sepak bola dan pertama kalinya membentuk kesebelasan Polri dengan nama PS Polri. Berbeda dengan PS TNI, pemain PS Polri sebagian besar adalah pemain profesional yang direkrut dan digaji, sedangkan hanya 4 orang yang berstatus sebagai anggota Polri resmi. Regulasi pertandingan masih sama dengan regulasi di kompetisi sepak bola sebelumnya, yang menampilkan 2 grup dan akan terpilih 2 kesebelasan teratas masing-masing grup untuk melanjutkan babak playoff. PS TNI dan PS Polri tidak bersama dalam satu grup. Bila kedua kesebelasan ini bisa masuk babak playoff, ada kemungkinan keduanya akan bertemu, bahkan mungkin bisa menjadi partai final yang menarik.

Seperti biasa, di Piala Bhayangkara yang sedang berlangsung ini, pemain PS TNI yang mungkin karena latar belakangnya adalah militer, tampil spartan dan penuh semangat layaknya tentara yang sedang perang di medan pertempuran. Pertandingan demi pertandingan apabila PS TNI berlaga selalu menampilkan semangat juang yang maksimal dan menarik untuk ditonton. Aku paling suka melihat selebrasi pemain PS TNI setelah mencetak gol. Selebrasi yang sangat unik dengan penghormatan berjajar ala militer yang dilakukan pemain-pemainnya.

Namun sayang di Piala Bhayangkara ini, PS TNI tidak bisa masuk dalam babak playoff. Sehingga harapanku yang ingin melihat pertandingan antara PS TNI vs PS Polri sirna. Entah di kompetisi-kompetisi yang akan datang keinginanku tersebut tercapai. Aku juga berharap semoga kesebelasan PS TNI bisa masuk dalam daftar kesebelasan profesional, yang tentunya harus dibenahi manajemen dan pengelolaannya oleh TNI, serta dibarengi dengan kekuatan finansial yang besar. Namun aku yakin dengan penampilan PS TNI yang dengan mental bertanding para pemain yang terlatih untuk disiplin dan pantang menyerah, menimbulkan dampak positif bagi kesebelasan-kesebelasan nasional yang lain, bahkan lebih luas kepada masyarakat Indonesia untuk mempunyai jiwa pantang menyerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline