Lihat ke Halaman Asli

Ternyata Pakaianku dan Pakaianmu Merusak Lingkungan

Diperbarui: 13 Maret 2019   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lemari pakaian (thinkstockphotos.com)

Hidup masyarakat global salah satunya gemar memakai fashion yang kekinian, hingga bagi mereka penampilan merupakan hal penting dalam hidup. Fast fashion adalah faktor utama yang mendorong industry fashion yang berfokus pada kecepatan dan biaya produksi rendah agar bisa menghadirkan koleksi baru yang terinspirasi oleh tampilan catwalk atau gaya selebriti. 

Namun, tidak  banyak yang mengetahui kehadiran fast fahion berdampak pada bumi, salah satunya penghasil polusi terbesar di dunia yang menyumbangkan 10% dari emisi karbon global yang merusak Bumi yang tidak kalah dengan gabungan industry pelayaran dan penerbangan.

Setiap tahun, lebih dari 80 juta pakaian diproduksi di seluruh dunia. Rata-rata konsumen membeli lebih banyak 60 persen tiap tahun dibanding pada tahun-tahun awal Abad 21. 

Pakaian  di masa sekarang lebih banyak yang berasal dari material sintesis, itu berarti bukan terbuat dari benang, di mana akan lebih murah memproduksi baju baru daripada mendaur ulang benangnya.

Sebuah kajian ilmiah baru-baru ini menyoroti efek menccengangkan industry fashion modern terhadap lingkungan. Kajian ilmiah ini menyebutkan ada 6 hal dari industry fashion modern terhadap lingkungan.

  1. Lebih dari separuh "trend fashion" yang gagap gempita saat ini sudah tak berlaku lagi tahun depan. Ini berarti yang lama hanya menambahkan panjang gantungan pakaian di lemari karena bakal jarang dipakai lagi
  2. Industry fashiom menyumbang 1.26 milliar ton emisi karnon setiap tahunnya. Jumlah itu lebih besar daripada gabungan emiai karbon yang dihasilkan industry penerbangan internasional dan industry pengiriman barang melalui kapal-kapal besar
  3. Tak sampai 1 persen bahan baku industry pakaian yang bisa didaur ulang
  4. Satu truk besar penuh pakaian bekas dibuang setiap detiknya
  5. Setengah juta ton mikro fiber plastic ditumpahkan saat dicuci. Parahnya, mikro fiber plastic ini akan berakhir di lautan dan kemudian menjadi bagian dari rantai makan.
  6. Rata-rata pengguna baju yang dipakai berkali-kali turun 36 persen

Untungnya, semakin banyak label yang peduli dan tak tinggal diam mengenai krisis itu. Beberapa label tersebut adalah Stella McCartney, Vivienne Westwood, Edun dan sebagainya. Tidak hanya itu brand kelas dunia ikut andil dalam memproduksi yang ramah lingkungan yaitu, H&M, Nike, adidas, levi's. 

Contohnya Adidas menggunakan bahan-bahan organik seperti bambu dan rami untuk produk-produk mereka. Mereka juga memanfaatkan sampah tekstil menjadi barang-barang bernilai jual tinggi. Bersama para pekerja, ia coba memperpanjang usia tekstil yang dibeli. Pemanfaatan ini di permak lebih modis yang menerapkan konsep upcycling dengan bantuan desainer.

Mereka  menggunakan warna alam, indigo dan juga menggunakan kain yang berasal dari serat alam, seperti katun, linen, rami, Eucaliptus, daun nanas, bamboo, pelepah pisang dan serat alam lainnya. 

Selain itu mendesain setiap model pakaian dengan prinsip less/zero-waste, yang jika pun ada sisa bahan maka akan di jadikan produk yang lebih kecil atau bekerja sama dengan label lain yang dapat meng-upcycle sisa kain.

Dengan ini saya sangat senang karena brand eco fashion mulai bermunculan, mulai dari label yang memakai pewarna alam, mengangkat budaya dan kearifan lokal sampai brand yang fokus kepada pengolahan limbah kain untuk di-upcycle dan dijadikan produk berkualitas tinggi. 

Saya berharap ini bukan hanya tren sesaat tapi menjadi standar di dunia fashion, semoga gerakan eco-fashion yang terjadi saat ini dapat menginfluens konsumen untuk menciptakan sedikit perubahan kecil pada perilaku belanja dengan menyediakan waktu untuk meneliti dan berfikir sebelum melakukan pembelian "apakah anda benar-benar butuh barang ini?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline