Kukira satu purnama cukup untukku merela rasa
Kukira terbiasa tanpa perduli cukup memberiku suka
Kukira hari-hari akan berjalan tanpa luka
Waktu itu ku mengingat setahun cukup lah lama
Untuk kembali belajar menerima
Tapi ternyata aku salah
Wahh, malam selalu ada
Biar dengan waktu yang sama
Tapi suka duka bergantian mengisinya
Aku cepat-cepat menuliskannya
Takut kalau-kalau aku lupa menyalinnya
Ini menjadi bagian dari yang paling nyata
Luka-luka yang ada entah mengapa selalu sama
Sama entah kah pada waktunya
Sama entah karena selalu sama pemerannya
Manusia - manusia ini melepas hakikatnya
Atau dia lupa siapa dirinya?
Oh tolong, manusia paling bisa segalanya
Jangan mengiranya lupa
Dia hanya tidak suka
Wahh begitu ternyata
Miris miris ini terkumpul semakin nyata dan terbuka
Wahh aku tidak pernah mengira
Akan kembali di pergumulan yang sama
Harap harap yang yang tidak seharusnya
Begitu menyadari dia bukan lah dirinya
Saat yang lain sudah melekat di dalam nya
Saat yang lain tengah menguasainya
Dia lupa dengan siapa ia karenanya
Seharusnya tidak semudah itu dia berkata
Dasar kau manusia milik semua
Biar aku membuka perkara
Tapi kau yang paling membuatku kecewa
Kau yang membuatku kecewa sekaligus bangga
Entah bagaimana itu terjadi bersama
Aku benci saja mengingat ini semua
Semua yang membuat kecewa
Bertemu malam menjadi suatu celaka
Tidak demikian sebelumnya,
Saat ini aku benar-benar kecewa
Malam dapatkah gelapmu masih menjadi cinta
Aku enggan menghayalkannya
Aku tidak lagi mau mengharapkannya
Kecewa selalu saja ada
Dan kenapa dia yang lebih berkuasa
Entah lah, mungkin karena kita tidak terbiasa
Dengan keadaan-keadaan yang belum kita kira
Takut bertemu malam, kalau saja aku bisa
Bisa dengan gampang melewatkannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H