Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Iri dan Cemburu

Diperbarui: 25 Juli 2019   08:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokri

Aku suka cemburu pada Elang yang mampu terbang tinggi memindahkan raga dari satu tempat ke tempat lain. Dari sesuatu yang dianggap titik terendah hingga bermanuver gagah mengangkasa. Di ketinggiannya ia senang menyisir langit, menjengkalnya dengan kepakan sayapnya. 

 Aku sering iri pula pada burung-burung di pagi hari yang selalu menyisakan waktunya untuk bernyanyi memulai hari. Menjemput rezeki dengan mewakafkan irama riang. Melebarkan sayapnya berpindah dari ranting ke ranting sambil bersiul-siul girang mengeja takdir. 

 Kini, aku pun mampu memiliki sayap untuk terbang dan menembang sesuka hati, pergi dan kembali atas nama rezeki, datang dan pulang atas nama titah profesi. Apakah kini aku masih harus cemburu dan iri pada mereka yang setia membentangkan sayapnya demi menyambut hari? 

 Ternyata, aku masih menyimpan iri dan cemburu. Ketika dikutuk rindu kepada sarang yang pernah kubuat dulu, begitu nyaman kurasa meski terbuat sederhana. Jauh dari kebisingan dan kebohongan. Jauh dari kalkulator dan provokator. Jauh dari emosi dan manipulasi. Tidak bisa lagi bebas menikmati hal yang paling biasa dari jiwa yang biasa-biasa saja. 

Jakarta, 17719




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline