Indra dan Indri seperti biasa berjalan bareng saat hendak pergi ke sekolah mereka, TK Al Walad. Anak berumur 5 tahun ini tergolong cerdas dan sudah bisa mandiri karena tidak seperti kebanyakan temannya yang lain di TK A l Walad, mereka hanya mau pergi ke sekolah apabila diantar orang tua mereka. Indra dan Indri selalu berbarengan saat hendak ke sekolah tiap paginya, hal tersebut selain karena rumah keduanya yang terbilang dekat juga karena mereka sudah sangat dekat.
Teeet,,,teeeet,,teeeet,,,!!! Bel sekolah SD Al Ihsan telah berbunyi sebagai tanda bahwa pelajaran pada hari itu sudah selesai. Dua sahabat yang sedari TK ini telah akrab kembali satu sekolah yaitu di sekolah SD Al Ihsan. Indra dan Indri, dua sahabat karib yang dikenal teman-temannya seperti kumbang yang selalu dekat dengan bunga yang sedang bermekaran di taman. Mereka berjalan pulang menuju ke rumah bersama-sama, pemandangan yang sama seperti pada saat mereka masih bersekolah di TK AL WALAD.
“ndra, nanti ke perpus ya,,, temenin aku cari buku Fisika buat pelajaran besok” pinta Indri pada Indra. “oke in!” sahut Indra sambil tersenyum. Sekarang mereka sudah masuk ke jenjang SMP, dan kali ini kebetulan mereka kembali satu sekolahan, mereka tidak membuat perjanjian untuk masuk ke sekolahan yang sama.
“indriiiiiii,,,,,heiii” teriak Indra memanggil cewek yang ada di teras depan kelas barunya. “Haiiiii,,,Indraaa” sahut Indri sambil membalas teriakan Indra. “lho kamu sekolah disini juga ta?” tanya Indra. “iya ndra,” jawab Indri, “ha?? Kita satu sekolah lagi berarti” sahut Indra sambil tertawa ringan bersama Indri. Lagi-lagi dua sahabat karib ini bertemu di satu sekolahan yang sama, di SMA AL HAMID. Awal kisah baru mereka berawal dari bangku SMA dimana Indra yang pertama kali merasakan perasaan yang berbeda pada Indri, cinta, ya ia merasakan getaran yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Seolah-olah dunia Indra hanya penuh dengan foto khas wajah Indri yang menempel di dinding langit dunia, wajah Indri yang tergolong manis dengan senyuman khas gingsulnya.
Namun Indra masih merasa ragu dengan perasaan tersebut, ia takut merusak persahabat yang selama ini terjalin mulai dari kecil hingga saat ini menjadi retak hanya karena disebabkan oleh perasaan cinta yang masih menjadi misteri di hati Indra. Ia masih bertanya-tanya dengan kebenaran perasaan tersebut dan ia juga berfikir apakah Indri juga merasakan perasaan yang sama seperti ia rasakan sekarang.
Tiga tahun sudah perasaan yang telah menyelimuti Indra masih bersarang nyaman di hati Indra tanpa sepengetahuan Indri. “apa yang harus aku lakukan??? Sebentar lagi aku akan berpisah dengan Indri di sekolah ini, belum tentu besok aku dan Indri kebetulan masuk pada perguruan tinggi yang sama seperti saat masuk di SMP dan SMA. Apa aku harus menyatakan perasaan ini??? Sebelum aku dan dia bvenar-benar terpisahkan” guman Indra dalam hatiyang dipenuhi dengan jutaan pertanyaan.
“Selamat ya Indri” ucap salah satu tamu undangan dalam acara wisuda yang digelar oleh SMA AL HAMID. Siang itu Indra telah memutuskan untuk menghampiri Indri setelah acara perpisahan sekolah. Ia telah memutuskan untuk mengungkapkan semua perasaan yang telah bersemayam lama di dalam hatinya.
“Iiinn,,” panggil Indra di keramaian tempat wisuda mereka. “heeeiii ndraa,,” sahut Indri sambil menoleh ke arah Indra dan menampilkan wajah yang rupawan. “selamat ya ndraa,, kita udahlulus lho” canda Indri pada Indra. “oh,,iya in” timpal Indra sambil tersenyum dan wajah yang kaku. Seketika wajah Indra berubah menjadi merah, keringat dingin tiba-tiba dengan deras melintasi tubuhnya. Semua rangkaian kata-kata yang malam tadi sudah direncanakan dan dihafalkan seketika hanyut bersama derasnya aliran keringat yang jatuh menentes ke lantai. “hei,,, malah bengong” ucap Indri mengagetkan Indra. Setelah lama berdiam tiba-tiba ada laki-laki asing yang datang bersama orang tua Indri menghampiri mereka yang mengobrol di tengah-tengah keramaiana.
“oh ya ndra,, kenlin ini mas Hendri. Calon suami aku. Seminggu lagi aku mau langsung nikah ndra” ucap Indri sambil tersenyum malu pada Indra. “calon suami??” sahut Indra dengan penuh tanda tanya besar yang memutari kepalanya. “iya ndra, ini anak temen tante yang udah lama tinggal di Australia, rencana seminggu lagi akadnya dan resepsiannya, datang ya ndra” timpal tante Indarti yang merupakan ibu Indri. “eh iya tante, insyaallah saya datang kok” jawab Indra. Keadaan siang itu sebenarnya cuaca cerah dan cukup panas untuk hari itu, namun tiba-tiba dalam hati Indra bagaikan terdengar petir yang menyambar di siang bolong. Badai yang biasa terjadi di lautan samudra pasifik kini seolah berpindah dalam hati Indra, keringat dingin kini tiba-tiba berubah suhu derajat menjadi air mendidih yang sangat panas dan kembali lagi berubah dingin saat itu juga. Perasaan campur aduk melanda Indra, kalaupun ia dibilang bahagia karena Indri dengan wajah dan senyuman khasnya mengungkapkan sendiri bahwa ia akan menikah. Dan perasaan sedihnya ia mendengar langsung kabar pernikahan wanita yang telah dididam-idamkannya seminggu lagi akan menikah, dan hal yang membah kesedihannya adalah kabar tersebut ia dengar langsung dari yang bersangkutan bahkan orang tuanya juga mengatakan seperti itu. Perasaan Indra seolah roboh seketika itu, perasaan yang ia bangun dan ia kuatkan pada malam tadi kini rata seperti bangunan di Jakarta yang mengalami penggusuran dan diratakan dengan alat besar.
Kesedihan Indra masih berlangsung, ia masih berlangsung di acara berkabung dalam hatinya namun hanya ia sendiri yang tahu. Hari ini tepat hari akad dan resepsian pernikahan Indri, Indra telah memutuskan untuk tidaak datang ke acara tersebut. Ia takut dirinya tidak kuat dan terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan.
Satu tahun kemudian akhirnya Indra telah menemukan kampus impiannya, ia masuk disalah satu Universitas Islam Negeri di Jawa Timur, ia masuk di Fakultas Psikologi. Sudah dua bulan lebih ia belajar di kampus tersebut. Siang itu, pada saat hendak melangkah menuju gerbang belakang kampus ia berpapasan dengan wanita berkerudung putih yang ia sendiri nampak tidak asing, “Indriii,,,,” panggil Indra pada wanita tersebut, namun wanita tersebut sudah keburu masuk angkotan umum. “apa benar ia Indri ya???? Kok ia sendirian naik angkot, kemana suaminya, mas Hendri” gumam Indra dalam hatinya.
Keesokan harinya ia bertemu kembali dengan wanita tersebut dan sontak mereka pun terkaget dengan pertemuan pagi itu. Pertemuan yang kemudian berlanjut ke pernikahan.
Saat malam pertama sebelum ritual suami istri pada malam pertama mereka lakukan, Indri membuat pengakuan yang kemudian mengagetkan Indra. “sayang, maaf selama ini aku berbohong.” Ujar Indri. “kenapa sayang??” sahut Indra. “perasaan aku hancur pada siang saat acara perpisahan sekolah kita dulu. Aku tidak pernah mencintai laki-laki selain kamu. ” cerita Indri. “ha? Lalu mas Hendri??” Indra menyahut. “kami dijidohkan, mas Hendri juga tidak pernah mempunyai perasaan padaku, dan sampai saat ini pun aku masih perawan, kami tidak pernah menikah, pernikahan dibatalkan karena ada kabar mas Hendri kawin lari dengan wanita pujaannya. Perasaanku muncul semenjak kita satu kelas di SMP dulu, namun aku kira hal tersebut hanya cinta monyet yang pada saat itu tengah tenar dikalangan anak SMP. Jadi cinta ini sekarang menjadi sempurna karena engkau juga ternyata membalasnya, sayang” ujar Indri dengan linangan air mata dimatanya. “maaf ya sayang, dulu aku sebagai laki-laki tidak bisa berbuat apa-apa, aku kalah dengan semua ini. Aku terlalu lemah hanya untuk mengatakan perasaan ini kepadamu. Namun takdir Tuhan telah menentukan kita satu. Malam ini adalah malam yang menjadi saksi bahwa kita telah menyatu, perasaan kita telah satu. Sayang, i love you” ujar Indra dengan penuh keyakinan. “i love you too suamiku sayang” sahut Indri dengan suara lembut yang laki-laki manapun akan tergoda saat mendengar suara tersebut. Akhirnya ritual malam pertama pun mereka lakukan, gejolak cinta akhirnya terbayarkan pada malam itu, malam yang tenang dan penuh dengan kehangatan dalam pelukan mereka berdua.
Dua puluh lima tahun kemudian, mereka dihadapkan pada kenyataan yang tidak bisa mereka lawan. Indri menderita penyakit yang sangat menakutkan, Alzheimer. Alzheimer merupakan penyakit otak degeneratif yang menyebabkan bentuk demensia yang progresif dan tidak dapat diperbaiki, ditandai dengan hilangnya ingatan pada penderita. Indri sudah tidak bisa lagi mengenali keluarganya termasuk suaminya sendiri, Indra. Indra sangat terpukul dengan kenyataan ini, kisah mereka yang berlika-liku sebelum bersatu, dan kini dipisahkan dengan jalan yang menyedihkan pula. Wanita yang ia cintai kini sudah tidak lagi mengenalinya, namun Indra tetap setia merawat Indri dengan sepenuh hati. Mereka hidup berdua tinggal di rumah sederhana, sementara kedua anaknya telah mempunyai keluarga sendiri dan sesekali anak dan cucunya menjenguk mereka berdua.
Cinta tulus dari hati Indra tidak mampu dirobohkan dengan hantamann alzheimer yang menimpa Indri, ia tetap setia merawat dan bersabar dengan keadaan. Ia berharap istri yang saat ini menemani dia di dunia akan menjadi istri yang menemani di akhirat kelak. Ia percaya Tuhan melihat perjuangan cinta mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H