Lihat ke Halaman Asli

Lis Liseh

Apoteker/Pengajar

Pesantren Sehat, Bebas DBD

Diperbarui: 28 Februari 2019   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun, demikian pula luas wilayah yang terjangkit. hingga 29 Januari 2019, jumlah penderita DBD yang dilaporkan mencapai 13.683 orang di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, angka kematian yang disebabkan kasus DBD mencapai 133 orang. Angka kematian tertinggi terjadi di Jawa Timur, yaitu 47 orang, lalu NTT dengan 14 orang, Sulawesi Utara dengan 13 orang, dan Jawa Barat dengan 11 orang (kompas). 

Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi kasus ini, seperti memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan atau fogging, serta memberikan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Namun, cara tersebut hingga kini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Menurut data dari Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Departemen Kesehatan, kesuksesan pencegahan penyakit DBD sangat bergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.  

Pengendalian kembang biak nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk A. Aegypti mencakup pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah atau bangunan.

fogging-jpg-5c77cf166ddcae7a093e79e8.jpg

Cara efektif lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan dengan "3M Plus", yaitu menutup, menguras, menimbun serta melakukan beberapa tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, dan memeriksa jentik secara berkala sesuai dengan kondisi setempat. Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik seperti ikan adu atau ikan cupang, serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti geranium. Tanaman pengusir nyamuk dapat ditanam di pekarangan atau di dalam rumah dengan menggunakan pot.

Selain perumahan, institusi atau lembaga yang juga rentan terhadap penyakit DBD adalah Pondok Pesantren. Lingkungan yang dihuni padat santri, sarana sanitasi yang kurang memadai dapat menjadi sarang yang nyaman bagi nyamuk Aedes aegypti/Aedes albopictus. Contoh kasus, di pondok pesantren tempat saya mengabdi, Pesantren Nurul Qarnain Jember, terdapat santri dalam yang pernah dilaporkan terkena penyakit DBD. Hal ini menjadi alarm bagi lembaga pesantren untuk melakukan pembersihan dan pencegahan. Selain dilakukan fogging dan menerapkan 3M,  tata kelola kebersihan menjadi kunci.

Santri rutin membersihkan lingkungan pesantren

Pengasuh Pesantren Nurul Qarnain, K.H. Yazid Karimullah adalah pecinta kebersihan. Hampir setiap hari beliau memantau langsung ke tempat pembakaran sampah. Di depan setiap asrama dan kelas dipasang tempat sampah, setiap pagi dan sore dilakukan piket kebersihan menyapu halaman, kamar dan aula. 

Sampah kemudian dipilah, untuk sampah yang bisa di daur ulang dikumpulkan. Terdapat bank sampah yang meliputi sampah plastik yang bisa di daur ulang, karton, kardus, dll. Setelah terkumpul banyak, dapat dijual. Sementara sampah yang tidak bisa di daur ulang, dimasukkan tempat sampah besar dengan sistem tertutup dan bercerobong asap lalu dibakar. Untuk kamar mandinya, terdapat satu kamar mandi untuk masing-masing asrama (jumlah keseluruhan asrama 33 kamar).

Asrama santri Pesantren Nurul Qarnain

Selain pengelolaan sampah, kamar mandi merupakan indikator utama yang tidak boleh dilewatkan. Kebersihan kamar mandinya harus senantiasa terjaga. Kamar mandi selalu dibersihkan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari minggu pagi dan malam jum'at. Berkat budaya sehat dan bersihnya, Pesantren Nurul Qarnain tiga kali dinobatkan sebagai pesantren terbersih se-Kabupaten Jember, yaitu pada tahun 2007, 2011 dan 2016. 

Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Tentunya jika lingkungan kita bersih, baik untuk belajar maupun beribadah kita akan merasa nyaman dan aman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline