Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan? Karena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. Aku hendak mencari Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku, dan jiwaku hidup dalam Engkau" (Agustinus, Confession. 10,29).
Sebuah film besutan sutradara Bobby Prasetyo dalam judul "Kuasa Gelap" memberi pelajaran atau bahkan solusi bagi setiap kita yang memiliki pengalaman yang sama seperti cerita dalam film. Kehidupan manusia memiliki hubungan dan interaksi dalam keberlangsungannya. Ada interaksi secara nyata, dan interaksi secara roh. Dalam ajaran agama katolik ada roh-roh jahat dan adapula Roh yang kudus. Roh Kudus dipercayai sebagai suluh jalan yang benar atau penunjuk jalan kebajikan.
Dalam kehidupan berbudaya masyarakat indonesia, dipercayai roh leluhur sebagai penjaga, sehingga sangat banyak kita temukan ritual penyembahan dan sesajen kepada leluhur. Menjadi pertanyaan apakah benar roh yang datang adalah roh leluhur? Atau malah sebaliknya yang datang adalah roh jahat yang menyamar sebagai leluhur? Ini menjadi dilematis sebagai seorang yang beragama dan sebagai seorang yang juga ingin menjaga warisan budaya.
Menjaga kekudusan diri dan perilaku merupakan satu satunya cara menjaga hubungan yang jujur dan terbuka dengan Tuhan. Penyerahan diri yang total kepada Tuhan menjadi inti hidup yang tidak boleh terlepas sedetikpun. Dengan demikian kita akan selalu berada dalam bentengan Tuhan.
Luka bathin yang dialami seseorang bisa menjadi boomerang untuk diri sendiri. Alih-alih sebagai alat pengukur keadilan terhadap perbuatan jahat seseorang kepada kita, dendam kesumat, amarah,benci justru malah menjadi racun yang bisa mematikan jiwa dan badan.
Pengalaman hidup seperti mengalami penolakan, bullyng, direndahkan, dihina, harus mengalami proses pelepasan melalui pengampunan yang ikhlas agar tidak menjadi kepahitan bathin yang mana justru menjadi sarang nyaman iblis. Dosa dan kepahitan/luka bathin sekecil apapun akan diketahui iblis, dan itu menjadi alat yang ampuh bagi iblis untuk menyakiti, menipu dan mengakali atau memanipulasi manusia.
Dalam agama katolik, hanya dengan sakramen rekonsilisasi(pengakuan dosa) membuat seseorang terlepas dari kuasa gelap. Rekonsiliasi berarti memulihkan hubungan dengan sang pencipta setelah sebelumnya telah berbuat dosa dimana telah merusak hubungan baik dengan Tuhan.
Apakah melakukan pemberian sesajen termasuk perbuatan dosa? Dalam ajaran katolik Jelas, iya. Memberi sesajen sama dengan menyembah berhala. Dalam agama katolik roh leluhur yang telah meninggal sudah berada ditempatnya, bisa di surga dan bisa di api penyucian(purgatorium). Pemberian sesajen yang diartikan sebagai makanan untuk kehidupan roh agar kita mendapatkan keberkahan adalah salah, karena yang dibutuhkan roh adalah Doa sebagai makanan bagi jiwanya menuju surga yang kekal.
Kita tidak bisa menyembah pada dua Tuhan.Dalam 1 korintus 10:14 karena itu saudara saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala. 1 kor.10:21 Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan cawan roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.1 kor.10: 20 Apa yang kumaksudkan ialah persembahan mereka adalah persembahan kepada roh roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau bahwa kamu bersekutu dengan roh roh jahat.
Menghadapi kehidupan ditengah sosial kultural yang majemuk kita dituntut untuk saling menghargai agar tercipta kedamaian dan kerukunan, oleh karenanya kita bisa terlibat dalam ritual atau materi yang ditampilkan tetapi sikap bathin kita tentunya harus tetap tertuju pada yang Esa yakni Tuhan 1korintus 10:27 Kalo kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya dan undangan itu kamu terima, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan keberatan hati nurani ( Romo Istimoer Bayu Aji, Pr)