Saat ini pelecehan seksual merupakan kejahatan kemanusiaan yang sedang marak terjadi. Pelecehan seksual tidak selalu berkaitan langsung dengan jenis kelamin seseorang. Sebagian besar orang menganggap pelecehan seksual adalah tentang gairah seksual. Padahal pelecehan seksual merupakan tindakan mengabaikan atau memandang rendah suatu kehormatan orang lain yang dilakukan secara individu maupun kelompok.
Seperti dari hasil penelitian yang memfokuskan pada tingkah laku yang bersifat seksual: seorang atasan yang menekan bawahannya untuk melakukan aktivitas seksual, sesama rekan kerja yang berulang kali mengajak untuk kencan berdua, atau bahkan hanya sekedar mengamati bentuk tubuh seseorang. Hal tersebut menyebabkan orang berasumsi bahwa tindakan pelecehan seksual termotivasi oleh hasrat untuk melakukan kegiatan seksual.
Ada dua pengertian mengenai pelecehan seksual. Pengertian yang pertama yaitu secara apriori dan yang kedua yaitu secara empiris. Pengertian pelecehan seksual secara apriopri yaitu berdasarkan pengetahuan yang didapatkan dari anggapan sebelum mengetahui, melihat, dan menyelidiki keadaan yang sebenarnya. Secara apriori, pengertian pelecehan seksual terdiri dari pernyataan umum yang menggambarkan sifat perilaku, terkadang status hubungan orang yang terlibat dengan tanpa penjelasan formal mengenai tindakan yang tidak diinginkan oleh penerima.
Sedangkan secara empiris, yaitu berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan. Jadi, pelecehan seksual tidak hanya tentang keinginan untuk melakukan kegiatan seksual, tetapi dapat juga tanpa melalui kontak fisik, misalnya membiarkan sesesorang, baik perempuan maupun laki-laki untuk tidak diterima dan tidak dihargai di suatu tempat.
Seseorang melakukan tindakan pelecehan seksual tidak semata-mata hanya untuk meluapkan hasrat seksualitasnya, tetapi ada banyak motif yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan pelecehan seksual tersebut. Motif pelecehan seksual yang pertama yaitu motif keinginan seksual. Pelecehan seksual merupakan diskriminasi jenis kelamin yang bersifat seksual karena tindakan seksual terhadap seseorang termotivasi oleh individu itu sendiri.
Pada motif ini pelecehan seksual merupakan ekspresi dorongan seksual yang dilakukan oleh laki-laki sebagai agen seksual kepada wanita yang berperan sebagai objek seksual. Pada perspektif ini, kebanyakan laki-laki melecehkan wanita karena laki-laki memiliki kekuatan yang lebih dari pada wanita. Sehingga hal tersebut menimbulkan asumsi bahwa pelaku pelecehan seksual menggunakan kekuatan mereka untuk memaksa orang lain melakukan kegiatan seksual karena menginginkannya secara seksual.
Motif pelecehan seksual yang kedua yaitu motif dominasi laki-laki. Motif dominasi laki-laki menunjukkan bahwa keinginan laki-laki untuk mendominasi wanita mendorong pelecehan seksual lebih tinggi. Pada motif ini, laki-laki cenderung mengatakan bahwa mereka akan melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap wanita apabila diberi kesempatan.
Wanita yang menantang dominasi laki-laki tidak hanya cenderung menjadi sasaran pelecehan jenis kelamin tetapi juga akan mengalami pelecehan seksual. Motif ini sangat mendiskriminasi kaum laki-laki karena menyiratkan bahwa hanya laki-laki yang termotivasi melakukan tindakan pelecehan seksual, namun membela kaum wanita yang belum pasti tidak melakukan tindakan pelecehan seksual.
Sedangkan motif yang terakhir yaitu motif status sosial. Motif status sosial yaitu untuk melindungi atau meningkatkan status sosial seseorang dari sebuah ancaman. Pelecehan seksual terjadi karena motif status sosial terbentuk dalam konteks hirarki gender. Status sosial menurut jenis kelamin memotivasi seseorang untuk mempertahankan status mereka.
Selain motif-motif di atas, ada juga beberapa faktor pendorong terjadinya tindakan pelecehan seksual. Faktor yang utama yaitu keimanan seseorang, apabila seseorang kurang menanamkan nilai-nilai agama pada dirinya, ia tidak akan mempercayai adanya Tuhan sehingga akan bertindak sesuai apa yang ia inginkan. Orang-orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan pasti akan berbuat tanpa memikirkan akibat yang akan ia peroleh.
Faktor yang kedua yaitu faktor biologis manusia. Kebutuhan biologis manusia salah satunya yaitu kebutuhan seks seseorang yang disebabkan oleh hormon seks dalam tubuh manusia. Kebutuhan seks seseorang yang belum memiliki pasangan yang pasti akan mencari pelampiasan lain untuk memenuhi hasratnya tersebut.