Saat hari pahlawan banyak orang yang membagikan foto Bung Tomo sedang mengancungkan jari telunjuk jarinya. Pernahkah berpikir siapa yang berhasil mengambil momen tersebut?
Ingatkah pertempuran di Surabaya, 10 November 1945 dimulai dari peristiwa apa? Pertempuran terbesar dan paling memakan korban jiwa ini bermula dari dikibarkannya bendera Belanda di Hotel Oranje atau sekarang lebih dikenal Hotel Yamato, Surabaya.
Melihat berkibarnya bendera merah-putih-biru itu, timbul amarah rakyat Surabaya. Mereka menyerbu ke hotel dan merobek bagian biru. Kemudian mengibarkan bendera merah putih.
Saya baru menyadari peristiwa tersebut ternyata diambil oleh fotografer Minahasa, Mendur bersaudara. Pionir fotografer Indonesia, mereka adalah Alexius Impurung Mendur dan Frans Sumarto Mendur. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Monumen Pers Mendur Bersaudara di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara.
Peristiwa penyobekan bendera di Surabaya tadi diceritakan oleh cucu Mendur bersaudara, Pierre Mendur. Saya pun diceritakan bahwa yang merobek bendera tersebut adalah orang Manado berdasarkan cerita masyarakat di sana. Waduh, seru juga dengar cerita dari Om Pierre ini.
Sedikit demi sedikit Om Piere mengungkap cerita dari foto-foto yang terpampang di rumah panggung yang kurang layak dijadikan tempat menyimpan momen-momen bersejarah ini. Serta beberapa peralatan fotografi yang diletakkan di meja tengah.
Ia bercerita momen Jenderal Sudirman dipeluk Presiden Soekarno ternyata diambil 3 kali. Yang mengambil foto adalah Frans. Soekarno bertanya setelah beberapa kali percobaan," Sudah, Frans?" Terlihat hasil fotonya agak kabur. Mengingat zaman dulu tidak secanggih sekarang.
"Alex dan Frans sering diajak ngopi pagi bareng oleh Soekarno waktu ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta," tambah Om Pierre sambil menunjuk foto peristiwa tersebut. "Dorang (mereka) diajak tukar pikiran, karena profesi wartawan saat itu berwawasan luas," ungkapnya campur-campur bahasa Manado.