Ceritanya kemarin saya mengikuti acara Nangkring Kompasiana, dengan tema "Energi untuk Sulawesi Tengah". Kebetulan tempatnya terjangkau dengan saya, akhirnya ikut mendaftar.
Karena memang tertarik dengan hal yang dibahas, yaitu tentang kiprah Pertamina dalam mendukung pemulihan bencana alam yang melanda di Palu, Donggala dan sekitar.
Setelah berjibaku dengan kemacetan Jakarta yang tidak mengenal jam. Justru kalau tidak ada jadi rasanya seperti sedang mengalami keajaiban. Untungnya setelah tiba di Crematology Coffee Roaster, Kebayoran. Makanan sudah tersaji, kopi tinggal dipilih - betapa menyenangkan.
Makin menambah semangat untuk mengikuti acara ini. Yah, walau saya tidak mendapatkan door prize, tapi saya mendapat cerita langsung dari seseorang yang ikut berperan dalam menanggulangi bencana alam tsb.
Ya, narasumber kami adalah Arya Dwi Paramita, External Communication Manager PT Pertamina (Persero). Karena waktu tanya jawab terbatas. Saya langsung melakukan wawancara pribadi di sela-sela acara. Harap maklum, tingkat rasa ingin tahu saya sangat tinggi. Ala Emak-Emak masa kini, yang wajib tahu gosip tergress hari ini.
Dari tuturan ceritanya memang membuat emosi peserta naik turun. Mulai dari laporan pertama mengenai jumlah pegawai mereka yang hanya bisa dihubungi hanya setengah saja. Membuat kami sedih mendengarnya.
Terakhir mereka ternyata menghilang karena sibuk mencari keluarganya. Membuat kami bernapas dengan lega. Lalu para relawan yang dikirim dari berbagai daerah untuk membantu penyaluran BBM secara manual, yang dilakukan dengan tenaga manusia alias mengengkol. Wow, bisa dibayangkan betapa pegalnya.
Yang menjadi relawan tidak hanya dari luar daerah, tetapi para korban yang adalah operator SPBU dan mereka tetap bekerja walau sedang tertimpa bencana. Meninggalkan keluarga demi tugas negara.
Setelah terkena gempa dan tsunami mengakibatkan segala sesuatu harus dilakukan secara darurat. Bantuanpun dikirimkan dari berbagai jalur transportasi. Mulai dari jalur darat dengan menggunakan truk yang harus melalui jalan-jalan yang longsor dan terbelah.
Lalu lewat udara, seperti di artikel saya ini. Sedangkan lewat jalur laut pada tanggal 4 Oktober Kapal Tanker Karmila membawa 1,2 juta liter BBM jenis Premium di Donggala. Serta 4 Kapal lainnya dengan total muatan yang sama, merapat di Palu. Dengan kondisi pelabuhan yang mengalami kerusakan akibat bencana alam.
Semua upaya dikerahkan untuk memulihkan energi. Bahkan setelah hari H, Pertamina langsung membuka SPBU. Untuk salah satu caranya penyalurannya secara darurat, yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi.