Lihat ke Halaman Asli

Lisa Selvia M.

Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Tidak Perlu ke Bali untuk Lihat Upacara Melasti

Diperbarui: 15 Maret 2018   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

"Sebentar lagi umat Hindu akan merayakan Hari Raya Nyepi, salah satu ritualnya adalah Upacara Melasti."

Melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 12. Mendadak ingat akan ajakan teman saya untuk pergi melihat upacara Melasti yang adalah bagian dari Tur dari Creative Traveler. Pertama-tama dengar upacara yang dilakukan umat Hindu sebagai ritual penyucian diri menyambut Hari Raya Nyepi setahu saya harus datang ke Bali. Lah, mana mungkin saya ke Bali, pergi ke Bandung saja tak sanggup kujalani. 

Maklum, lagi kantong kering. Tunggu pohon duit saya numbuh? Atau dia mau bantu jaga lilin supaya tidak mati pas malam hari (hati-hati, dengan membaca bisa terjebak terinspirasi). Kok bisa-bisanya dia ada ide mengajak saya ke sana sementara dia tahu kondisi keuangan saya lagi seperti apa. Mau bayar pakai apa saya ke sana. Eits, ternyata saya salah sangka. Maafkan saya, sobat. Tempatnya tidak jauh. Ada di Jakarta juga. Tepatnya di Pura Segara, Cilincing, Jakarta Utara.

Setelah alis dilempeng-lempengin dan bibir dimerah-merahin, teringat perkataan Mpok Alpa yang sedang tren saat ini, saya segera mengambil kunci mobil danberangkat ke sana naik angkot. Eh, salah. Maksud saya naik mobil pribadi. Karena jaraknya tidak jauh dari rumah.

Memasuki jalan Cilincing Raya, tampak kiri kanan sepertinya dari Satpol PP membantu mengatur lalu lintas. Saya pikir ada acara penting apa yang akan diadakan di daerah ini. Ternyata mereka diperbantukan untuk acara ini. 

Ribuan umat Hindu mengalir memenuhi Pura Segara guna menghadiri ritual penting ini. Dan saya teringat info pemandu tur bahwa yang berkumpul pada hari ini berasal dari Jabodetabek, wajar sampai ada penjagaan ekstra. Dan pemilihan Pura tempat berlangsung ritual ini tidak sembarangan. Ada syarat-syarat khusus, contohnya harus dekat dengan sumber air.

Iring-iringan setelah Upacara Tawur (Dokumentasi Pribadi)

Karena sudah pernah ke tempat ini sebelumnya jadi saya langsung numpang parkir di Vihara Lalitavistara. Pasti sudah tidak ada tempat kosong di Pura Segara. Firasat saya jitu, tempat parkir di Pura penuh. Ternyata banyak umat Hindu yang memarkir kendaraan pribadinya di Vihara. Seperti di Masjid Istiqlal yang suka meminjamkan lahan parkirnya untuk umat Katolik pada saat merayakan Natal.

Celingak-celinguk di halaman, saya bertanya kepada seorang ibu yang duduk di pintu gerbang. Apakah dia melihat rombongan tur teman saya dari Jakarta Food Traveler yang biasanya berpakaian merah-merah? Mengiyakan sambil bertanya ke saya, "Mau lihat upacara Melasti ya, Mbak ?"

Selanjutnya saya bercerita kalau tertinggal acara tur karena salah lihat jam, sepertinya minus mata saya bertambah. Jadi saya bertanya mungkin dia melihat rombongan saya. Karena teman saya menyuruh untuk menunggu di Vihara ini, tapi karena tidak sabar. Jadinya saya langsung ke Pura.

Membawa masuk peralatan Pura ke dalam (Dokumentasi Pribadi)

Di sepanjang jalan banyak orang berpakaian adat putih-putih. Saya suka melihat kebaya para gadis dengan tatanan kondenya di samping. Mereka juga membawa kotak dari rumah, biasanya terbuat dari anyaman bambu. 

Saya dan teman sempat bertanya apa itu dengan seorang ibu yang langsung menunjukkan isinya adalah makanan dan menawarkan pada kami untuk mengambilnya. Mungkinkah tampang kami terlihat lapar atau memang dia baik hati?

Dokumentasi Pribadi

Ibu yang baik hati itu menjelaskan bahwa itu adalah kotak persembahan sebagai simbolis rasa syukur yang dipersiapkan dari rumah. Setelah acara bisa dibawa kembali ke rumah atau atau dimakan di sini. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline