Lihat ke Halaman Asli

Lisa Selvia M.

Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Mencari Jejak Peninggalan Keturunan Arab dan Pengaruh Kebudayaannya di Cikini

Diperbarui: 26 Juli 2017   01:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempat kayu gaharu (dok. pribadi)

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengikuti acara ngabuburit bersama Jakarta Food Traveler yang pastinya bertujuan menunggu waktu buka puasa dengan diisi kegiatan JJS (jalan-jalan sore kata orang gaul jaman dahulu). Bonusnya mengetahui sejarah plus kebudayaan tentang Jakarta dan yang paling asyik, yah... menambah pengetahuan tempat-tempat menarik terutama tempat makanan yang enak.

Tema Tur kali ini, yaitu Little Arab di daerah Cikini. Dengan titik temu di TIM (Taman Ismail Marzuki) yang terkenal sebagai pusat kesenian dan kebudayaan Jakarta. Tempat ini dahulu adalah salah satu bagian dari lahan milik Raden Saleh.

TIM dari tampak belakang (dok. pribadi)

Lalu kami keluar melalui pintu belakang TIM dan menyusuri jalan di pinggir sungai yang terlihat bersih dan apik serta di bagian kanannya terdapat dinding yang dihiasi lukisan mural yang pasti menambah keindahan perjalanan kami.

lukisan mural (dok. pribadi)

Akhirnya kami tiba di makam megah (tomb) Habib Cikini. Sekilas mengenai riwayat keluarganya, Habib Cikini mempunyai kakek berasal dari Hadhramaut atau Yaman, dan Habib Ali Kwitang adalah anaknya. Dengan nama lengkap Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi, Habib Cikini adalah salah satu orang yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Indonesia tutur pemandu wisata perjalanan ini. Karena beliau adalah pendiri pesantren pertama di Indonesia.

Habib Cikini (dok. pribadi)

Makam ini sempat akan dipindahkan karena berada dalam area pengembangan apartemen tetapi dibatalkan karena saat dipindahkan ternyata menyebabkan air memancar keluar dengan derasnya setelah dikeruk sedalam 4 m. Secara nalar hal itu hal yang wajar karena pada saat itu Jakarta sedang didera musim hujan lalu posisinya juga termasuk dalam jalan inspeksi kali Ciliwung dan menurut ahli, besar kemungkinan terdapat sungai di dalam tanah. Mendengar kejadian itu masyarakat sekitar yang berbondong-bondong datang dan banyak yang mempercayai air tsb berkhasiat sebagai obat. Tapi semua terserah Anda mau percaya atau tidak. Setelah kejadian air memancar itu selain tidak jadi dipindahkan oleh pihak pengembang, makam dibuat menjadi megah dan ditambahkan juga masjid di samping makam, tentunya kemunculan air ini sangat "berkhasiat" untuk kemajuan makam ini, bukan ?

kayu gaharu (dok. pribadi)

Tujuan selanjutnya yang kami capai dengan penuh rasa antusias adalah rumah kastil Raden Saleh yang pernah berprofesi sebagai pelukis istana keturunan Jawa-Arab di kerajaan Belanda. Sekarang rumah cantik dan megah itu difungsikan menjadi bagian dari kantor RS PGI Cikini. Kalau diperhatikan. Di sini pernah menjadi salah satu lokasi adegan video klip Padi "Kasih Tak Sampai" yang romantis tragis. Mungkin sutradara video klip ini terinspirasi dengan aliran lukisan Raden Saleh, romantisisme.

rumah raden saleh (dok. pribadi)

Setelah berbuka dengan yang manis di Markobar bagi yang berpuasa, mereka menjalankan ibadah  di Masjid 'Jami Al-Makmur. Ternyata masjid tsb adalah cagar budaya. Dahulu mesjid ini adalah sebuah surau sederhana yang dibangun oleh Raden Saleh di samping tempat kediamannya. Sempat menjadi sengketa dan diangkat secara bergotong royong oleh masyarakat untuk dipindahkan ke tempatnya sekarang untuk menyelamatkannya. Untung akhirnya bisa diselesaikan secara baik-baik.

Masjid Jami Al-Makmur

Toko Parfum Timur Tengah, Alkhatiry menjadi salah satu persinggahan kami. Disambut aroma kayu Gaharu yang khas yang sedang dibakar memenuhi ruangan itu saat kami masuk, dan ternyata kayu incaran para turis Arab tsb berasal dari daerah Kalimantan dan Papua. Tentunya mereka menyediakan berbagai macam aroma ottor(parfum) dan dehn (minyak wangi arab) dari yang wanginya sedap-sedap nagih sampai sedap-sedap membuat mengernyitkan dahi.

Nasi Kebuli (dok. pribadi)

Akhirnya tibalah di perhentian terakhir yaitu rumah makan Arab Yaman - Al Basha, dengan pramusaji yang berpakaian ala Jordania. Saya sempat terpesona dengan ukuran dan penampilan 1 porsi Nasi Kebuli/Beryani dengan 2 potongan ayam/daging kambing yang terkubur. Kalau memang tak kuat iman (menahan diet) saya sarankan 1 porsi dibagi dua. Soalnya masih banyak hidangan lain seperti pencuci mulutnya yang rugi kalau tidak sempat untuk dicoba seperti Um Ali atau Samosa. Sajian terakhir dikeluarkan adalah teh dengan rasa rempahnya kuat. Lalu ketika kami hendak pulang di sisi kasir disajikan kopi khas Arab yang tidak ada gulanya tetapi digantikan dengan kurma yang dimakan setelah kopi dihirup.

Sedang minum kopi khas Arab (dok. pribadi)

Menarik bukan ? Memang jalan-jalan bersama Jakarta Food Traveler membuat "Mengenal Jakarta lebih dekat dengan citarasa" ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline