Lihat ke Halaman Asli

Lisa Noor Humaidah

Penikmat buku dan tulisan

Bahagia Tanpa Ayah-Bunda Bersama

Diperbarui: 26 Januari 2020   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan dalam film Knocked-Up. (Kredit: Apatow Productions - Universal Pictures)

Sebagai tontonan, film Knocked Up mungkin biasa saja, tak terlalu istimewa, tapi ia menarik untuk menggambarkan sebuah realitas kehidupan manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 

Majalah Time dalam sebuah review mengatakan film ini menyuguhkan sebuah fenomena sosiologis daripada kualitas atau keunikan dari filmnya itu sendiri. 

Karena memang filmnya sendiri banyak dikritik: plot yang tidak jelas, alur yang tidak konsisten, story line yang berbelit-belit sampai soal film ini membawa pesan tentang sangkaan bahwa seseorang merasa bersalah atas seksualitas yang diekspresikan.

Film Amerika bergenre komedi yang diproduksi tahun 2007 ini intinya bercerita tentang Ben Stone (23 tahunan), seorang pemalas, penyuka mariyuana, kekanak-kanakan dan Alison Scott, perempuan cantik, sangat menghamba karir dalam pekerjaan dan baru saja mendapatkan promosi untuk mengisi acara on air di acara televisi entertainment.

Untuk merayakan promosinya itu, Alison pergi ke night club  dan bertemu Ben. Singkat cerita mereka saling tertarik dan mengakhirinya dengan berhubungan seksual. 

Karena kesalahpahaman, mereka tidak menggunakan alat pengaman. Alison mengatakan "Just do it" untuk meminta Ben menggunakan kondom dengan cepat, tapi disalahartikan Ben untuk melakukan saja tanpa kondom.

Dua bulan kemudian, Alison ternyata hamil. Sampai beberapa model alat test kehamilan ia pakai dengan harapan kenyataan itu salah. Namun hasilnya sama, ia hamil. 

Setelah menyadari bahwa tak ada lak-laki lain selain Ben dalam dua bulan terakhir dan setelah berdiskusi dengan kakaknya, ia menghubungi Ben dengan susah payah melacak kontaknya. Walaupun sangat terkejut dan tidak percaya, Ben mengatakan ia akan mendukung Alison untuk mengandung dan melahirkan anak itu.  

Cerita berlanjut dengan konflik dan tension yang muncul. Di satu sisi Alison hanya ingin menyelamatkan bayi yang dikandungnya walaupun Ibunya mendorong untuk menggugurkannya. 

"Film ini membawa pesan tentang sangkaan bahwa seseorang merasa bersalah atas seksualitas yang diekspresikan."

Salah satu kepentingan Alison juga bagaimana sembunyi dari boss yang baru memberinya kesempatan dengan promosi tentang kenyataan ia hamil. Ben mulai menawarkan hubungan pernikahan walaupun ia tak yakin akan menjadi orang tua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline