Dalih merapikan gigi merupakan alasan untuk memasang kawat gigi atau yang biasa disebut behel. Walaupun pemasangan kawat gigi tidaklah murah, tapi banyak orang tergiur untuk melakukannya. Selain dikarenakan merapikan gigi, memasang behel kini merupakan gaya hidup kaum metropolitan. Tak terkecuali di Kampus UPN Veteran Yogyakarta, sudah banyak sekali mahasiswi yang menggunakan behel.
Harga pemasangan kawat gigi berkisar antara 2,5 juta sampai 7,5 juta diluar biaya Kontrol yang tentunya mengeluarkan biaya lagi. Harga tergantung kemampuan dari dokter gigi. Sebelum pemasangan kawat gigi, pasien membuat rekam medis, yang berisi pencatatan identitas, riwayat medis, serta data lainnya. Biasanya, setelah proses ini selesai, pasien mengalami susah makan, dan agak sakit juga.
Tidak selesai disitu, pasien secara rutin diharapkan kontrol untuk mengecek kekuatan kawat gigi. Kontrol bisa dilakukan 2 minggu sekali maupun 1 bulan sekali. Dan jika gigi telah rapi, kawat bisa dicabut. Pencabutan kawat gigi bisa 1 tahun setelah dipasang, maupun 2 tahun tergantung giginya.
Dokter gigi Prima Sagita Maryana mengatakan, “pengguna behel sebagian besar anak kuliah dan SMA. Tapi dewasa kini ibu-ibu dan anak SMP juga ikut menggunakan Behel. Behel perlu dipergunakan untuk perawatan. Misal gigi tongos, berjarak dan berdesakan. Pemasangan behel berkisar 2,5jt hingga 7,5jt. Tapi belakangan ini behel juga sering digunakan mahasiswi-mahasiswi yang hanya ingin sekedar tampil gaya.” (25/9).
Seperti yang dikatakan dokter gigi Prima, kini penggunaan kawat gigi lebih bersifat mengikuti tren daripada untuk merapikan gigi. Dikarenakan behel yang terkesan mahal, orang yang menggunakan kawat gigi sekedar tren, mengunakan kawat gigi sebagai tanda bahwa mereka kaum elit.
Seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi di UPN Yogyakarta mengatakan jika dia menggunakan behel selain untuk merapikan gigi adalah menambah percaya diri, mengikuti tren sekarang, dan agar senyum tambah manis.
Fenomena penggunaan kawat gigi mendapat respon bermacam-macam, seperti Rara seorang mahasiswi UNY yang juga memakai behel ketika ditanya tentang fenomena penggunaan behel karena life style,” kurang kerjaan banget, soalnya pake behel itu ribet, sakit, bahkan gak bisa makan tiap habis ganti kawat, gak bisa makan keras-keras, dan yang terpenting tidak mensyukuri apa yang dikasih Tuhan”, ujarnnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H