Lihat ke Halaman Asli

Lisa Aprilia

Guru dan penulis MTsN 4 Bantul yang berupaya mempublikasikan MTsN 4 Bantul jaya mendunia.

MTsN 4 Bantul Gelar IHT, Sosialisasikan Pembangunan ZI

Diperbarui: 29 Mei 2024   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Lisa, 2024

Bantul (MTsN 4 Bantul) - Dalam rangka membangun Zona Integritas (ZI), mengupayakan wilayah kerja yang terpercaya oleh masyarakat, MTsN 4 Bantul menggelar In House Training (IHT) berlokasi di aula madrasah. IHT ini mengambil judul pembinaan dan peningkatan kualitas pendidin dan tenaga kependidikan sosialisasi pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Sesuai dengan tujuan awal, IHT ini mengupas tuntas tahapan penilaian ZI, aspek penilaian, dan alur pembangunan wilayah ZI.
Digelar pada ba'da dzuhur, hari Rabu (29/5), IHT diikuti secara aktif dan seksama oleh sejumlah 58 guru dan pegawai MTsN 4 Bantul. Upaya ini ditargetkan untuk meningkatkan kualitas pendidik dan tendik di masa depan, maka Kepala MTs N Bantul yakni Sugeng Muhari mengharuskan seluruh guru dan pegawai aktif dalam kegiatan IHT. 

"Sangat penting kita mengetahui bagaimana dan apa yang harus kita siapkan dalam membangun zona integritas. Integritas merupakan makanan sehari-hari kita sebagai seorang tenaga pendidik. Maka saya mengharapkan tidak hanya guru, melainkan pegawai sama-sama aktif dalam meraih tujuan tersebut. Kita harus mengupayakan pelayanan yang bersih, birokrasi yang bersih, dan memuaskan dari masyarakat," tegas Sugeng.
IHT ini ternilai berkualitas dan berbobot karena mengundang narasumber yang berasal dari sebuah SMK yang sudah mendapat gelar WBK/WBBM, yakni Rosidah Nur Hayati, S.Si., S.Pd. Ia menyampaikan paparan yang amat detil dari catatan pembangunan zona integritas hingga rincian aspek penilaian dan monitoring WBK. Rosidah menyampaikan hal-hal yang penting dari bentukan zona integritas. Rosidah menekankan inovasi, agent of change, program berkelanjutan, dan alur pelayanan yang memuaskan layaknya bisnis.
"Perlu adanya komitmen dari kepala madrasah dan bawahan, itu fiks tidak bisa ditawar. Kemudian, kemudahan pelayanan. Lanjut, program yang menyentuh masyarakat misalnya pada saat PPDB. Dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi. Terakhir, manajemen media. Kadang kita sudah merencanakan inovasi yang mewah, ternyata tidak diterima. Kita hanya perlu inovasi yang sederhana namun menjawab kebutuhan lah yang akan dinilai di WBK/WBBM," jelas Rosidah pada materinya. (liz)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline