Setiap orang adalah pemimpin yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain, prinsip tersebut mungkin sangat cocok untuk diterapkan dalam hal kepemimpinan. Istilah tersebut sering kali terdengar dalam perbincangan maupun termuat dalam literatur di kehidupan masyarakat. Apa itu kepemimpinan? Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok (Stoner, 1996:161).
Kepemimpinan dapat pula diartikan sebagai sebuah kegiatan ataupun sebuah seni untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan kepada kemampuan yang dimiliki oleh orang itu guna membimbing orang lain di dalam usaha mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok (Tead;Terry;Hoyt dalam Kartono,2003).
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai jiwa kepemimpinan, akan tetapi level kepemimpinan yang terletak di diri seseorang berbeda beda. Seorang pemimpin harus memiliki keterampilan interpersonal yang kuat dan soft skill lainnya yang mendukung, seperti memiliki kecerdasan, pertanggungjawaban, sehat dan memiliki sifat sifat antara lain dewasa, keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan prestasi serta sikap hubungan kerja kemanusiaan. Sebaliknya dalam realitas sosial modern, juga dikenal pemimpin karismatik, terutama dalam lingkungan sosial dan politik. seperti mendengarkan secara aktif, memetakan strategi untuk perjalanan ke depan dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik, baik internal maupun eksternal (Wahjosumidjo, 1999:79).
Kepemimpinan merupakan fungsi manajemen yang dapat mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk mewujudkan organisasi yang bergerak ke arah pencapaian tepat sasaran, (Yuki, 2009:78). Maka dengan kepemimpinan yang baik akan sangat mempengaruhi bagaimana proses perubahan untuk berkembang terutama dalam pencapaian tujuan dan tentunya untuk mencapai output dan memberikan outcome yang sesuai target atau tujuan. Kepemimpinan juga bisa diartikan sebagai kemampuan memerintah dan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, (Reza, 2010:12). Kepemimpinan juga digunakan dalam setiap pengambilan keputusan. Dan tentunya setiap pengambilan keputusan, akan membutuhkan leadership sebagai sarana untuk menyelesaikan setiap hambatan atau rintangan dengan mudah.
Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Datuk Seri H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo, lahir di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951. Ayahnya bernama Soemitro Djojohadikusumo merupakan pakar ekonom dan politisi yang pernah menduduki kursi menteri pada masa kabinet parlementer, tepatnya pada kabinet Natsir dan Wilopo. Sedangkan ibunya bernama Dora Marie Sigar atau yang lebih dikenal dengan nama Dora Soemitro, merupakan cucu dari Benyamin Thomas Sigar, seorang prajurit yang menangkap Pangeran Diponegoro pada tahun 1830.
Prabowo memulai karir militernya di Komando Pasukan Khusus (Kopassus), di mana Prabowo dengan cepat menunjukkan bakatnya sebagai pemimpin militer yang tangguh dan cerdas. Berbagai operasi militer penting telah diikutinya, termasuk Operasi Seroja di Timor Timur pada tahun 1976, dimana keikutsertaannya mengikuti operasi militer telah menunjukkan keberanian dan keahliannya dalam strategi militer. Prabowo diangkat menjadi komandan Kopassus pada tahun 1995, yang kemudian menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada bulan Maret tahun 1998. Namun, pada bulan Mei 1998, Prabowo justru diberhentikan dari dinas militer karena diduga melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Setelah pemberhentian tersebut, Prabowo memilih menghabiskan waktu di beberapa negara Eropa, dan sekembalinya di Indonesia, Prabowo memilih mengikuti jejak sang adik, Hashim Djojohadikusumo menjadi seorang pebisnis.
Pencapaian terbaru dari Prabowo adalah dilantik menjadi Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju pada 23 Oktober 2019 oleh Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2019 - 2024. Tak lama setelah pelantikannya menjadi Menhan, Prabowo berupaya untuk memperkuat pertahanan Republik Indonesia dengan cara memodernisasi peralatan militer Indonesia, setelah menyadari alutsista TNI yang sudah tua. Alutsista yang dioperasikan TNI tersebut sebagian besar berusia antara 25-40 tahun; mereka terus saja dirawat dan diperbaiki agar siap dioperasikan (Connie, 2007. 102). Kondisi alutsista yang dimiliki oleh TNI saat ini pada umumnya merupakan pengadaan lama yang dibuat antara tahun 1940 hingga 1986. Sebagian besar alutsista ini suku cadangnya tidak tersedia, bahkan pabrik yang membuatnya sudah tidak memproduksi lagi (Subekti, 2012:21). Hal ini menunjukan bahwa postur kekuatan yang dimiliki oleh TNI masih jauh dari standar dan belum memenuhi kebutuhan pertahanan Indonesia
Realitas terkait dengan bidang pertahanan yang dimiliki oleh Indonesia saat ini masih belum optimal dari segi sistem pertahanan Indonesia, khususnya menyangkut alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki. Permasalahan alutsista masuk menjadi salah satu agenda utama dalam pembinaan pertahanan Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan alutsista dalam konteks pertahanan modern menjadi penentu tingkat pertahanan negara untuk menjawab dan merespon ancaman yang selalu berubah.
Dalam upaya untuk menciptakan pertahanan yang efektif tersebut, Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo untuk melakukan suatu kegiatan pengadaan alutsista jangka panjang hingga 25 tahun kedepan. Prabowo Subianto diperintahkan oleh Presiden untuk menyusun masterplan bersama pimpinan TNI, nantinya masterplan tersebut akan menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang mempunyai kemampuan pertahanan secara total dan menyeluruh.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menginginkan modernisasi alutsista segera dilaksanakan. Selain disampaikan kepada Presiden, rencana ini juga akan disampaikan kepada DPR untuk mendukung kebijakan anggaran sistem pertahanan dengan sebaik- baiknya. Jika dibandingkan dengan anggaran yang diberikan oleh negara kepada sektor pendidikan, masih kalah besar dengan anggaran untuk sektor pertahanan. Alokasi anggaran besar yang diberikan kepada Kementerian Pertahanan dikarenakan adanya sosok Prabowo Subianto yang memimpin kementerian tersebut. Berdasarkan data SIPRI (2022), hingga saat ini, Indonesia telah berhasil mengimpor alutsista senilai US$ 631 juta dalam berbagai jenis, menempatkan Prancis sebagai eksportir alutsista terbesar kelima setelah Korea Selatan, Rusia, Belanda, dan AS.
Citra pemimpin visioner dan karismatik yang telah Prabowo gunakan selama ini untuk bertarung di pemilihan presiden telah membuat kualitas pribadinya lebih matang. Hal ini membuat efektivitas kekuasaannya sebagai menteri pertahanan menjadi semakin baik. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan, membangun, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan melaksanakan pemikiran-pemikiran idealis yang berasal dari dalam dirinya atau merupakan hasil interaksi sosial antara anggota organisasi dengan pemangku kepentingan dan dianggap sebagai cita-cita masa depan organisasi yang ingin dicapai atau diwujudkan melalui komitmen seluruh personil (Ma'sum, 2019).